Naik Signifikan, Industri Makanan dan Minuman Tumbuh 7% Saat Ramadan

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/AWW.
Siswa SD berjalan di antara rak makanan dan minuman di salah satu minimarket, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (14/12/2022). Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri makanan dan minuman mampu tumbuh 3,57 persen (year on year) dan mencatatkan diri sebagai subsektor dengan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas pada kuartal III tahun 2022 yaitu sebesar 38,69 persen.
11/4/2023, 13.27 WIB

Penjualan produk industri makanan dan minuman atau mamin diprediksi tumbuh 5-7% saat Ramadan 2023. Pertumbuha industri makanan dan minuman tersebut diprediksi terus meningkat hingga akhir tahun.

Direktur Industri Agro Kementerian Perindustrian atau Kemenperin, Putu Juli Ardika, mengatakan pertumbuhan industri mamin pada tahun ini naik signifikan. Kenaikan tersebut telah berlangsung setelah pandemi Covid-19 mereda. 

"Pertumbuhan makanan dan minuman pada tahun ini khususnya saat memasuki Ramadan itu sangat baik, untuk prediksi kami percaya mamin ini bisa tumbuh antara 5-7%, bahkan hingga akhir tahun bisa bertambah," ujar Putu dalam acara Bazar Ramadan, di Kantor Kementerian Perindustrian di Jakarta, Selasa (11/4).

Putu menuturkan, pertumbuhan industri mamin pada tahun ini angkanya sudah mendekati seperti sebelum adanya Pandemi Covid-19. Di mana saat itu pertumbuhannya bisa mencapai hingga 6-7%.

Tidak Akan Naikkan Harga

Ia mengatakan, sejumlah produsen industri makanan dan minuman saat ini berkomitmen untuk tidak menaikan harga jual meskipun bahan baku sulit didapatkan. Mereka akan  memilih mengecilkan margin atau keuntungannya. 

"Jadi gini, sensitivitas dari industri mamin ini sangat besar sekali, jadi margin keuntungannya akan dikecilkan oleh produsen, mereka berpikir nya yang penting bisa jalan dulu, bukan menaikan harga," ujarnya.

Selain itu, Kemenperin memprediksi konsumen makanan dan minuman di dalam negeri akan bertambah sebanyak 90 juta orang pada 2030. Penambahan konsumen tersebut berasal dari pertumbuhan kelas menengah dan peningkatan pendapatan per kapita

Tak hanya itu, Kemenperin juga mencatat bahwa pengeluaran makanan dan minuman akan bertambah sebanyak 5% per tahun hingga 2030. Artinya, total pengeluaran makanan dan minuman pada 2030 di dalam negeri mencapai US$ 194 miliar atau sekitar Rp 2.894 triliun.

Sementara untuk kontribusi sektor makanan dan minuman ke pertumbuhan industri nonmigas mencapai 38,38% pada kuartal II-2022. Putu menilai industri makanan dan minuman merupakan subsektor dengan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan industri nonmigas saat itu.

“Sekarang sudah mulai lebih baik ya pertumbuhannya, karena industrinya juga cukup besar, bahwa 50% dari industri non migas itu kontribusinya dari industri agro dan dari industri mamin sekitar 38%,” ujar Putu.  

Selain permintaan dalam negeri, pertumbuhan industri makanan dan minuman nasional akan didorong oleh permintaan ekspor. Saat ini pertumbuhan nilai ekspor makanan dan minuman sebesar 9% secara tahunan selama Januari-Juli 2022. 

Nilai ekspor menjadi US$ 21,3 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$ 19,5 miliar. Putu menilai industri makanan dan minuman tumbuh 7% pada tahun ini lantaran total investasi baru di sektor ini mencapai Rp 42 triliun. 

Artinya, investasi pada industri makanan dan minuman berkontribusi hingga 7,2% dari total investasi baru pada paruh pertama 2022.  

Makanan dan minuman juga berkontribusi lebih dari sepertiga (38,35%) terhadap total PDB industri pengolahan nonmigas yang nilai totalnya Rp3,23 kuadriliun. Porsi tersebut merupakan yang terbesar dibanding industri lainnya.

Reporter: Nadya Zahira