Indonesia melakukan impor garam setiap tahunnya karena stok dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan. Di sisi lain, produksi garam terus turun setiap tahunnya.
Dirjen Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, mengatakan ada dua alasan Indonesia terus impor garam. Pertama yaitu stok garam dalam negeri yang tidak bisa mengimbangki konsumsi. Kedua yaitu spesifikasi garam dalam negeri yang tidak bisa memenuhi kebutuhan industri, yaitu tingkat kemurnian mendekati 99%.
"Kalau garam untuk industri mamin itu pasti impor. Karena garam untuk makanan ini spesifikasinya khusus. Jadi dia harus mendekati 99% kemurniannya," ujar Dirjen Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, dalam acara Bazar Ramadan, di Kantornya, Selasa (11/4).
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman atau Gapmmi Adhi S Lukman mengatakan garam tersebut diimpor dari negara Australia dan India. Kedua negara tersebut dapat memproduksi garam dengan memenuhi spesifikasi khusus yang tidak bisa dipenuhi di dalam negeri.
"Dalam negeri ada beberapa industri kayak PT Garam itu sudah bisa produksi garam sendiri, tetapi jumlahnya tidak mencukupi. Jadi mau tidak mau harus impor," ujar Adhi.
Namun demikian, dia menyebutkan beberapa industri makanan dan minuman juga ada yang menyerap garam lokal, kemudian diolah supaya memenuhi spek khusus. Namun demikian, industri yang melakukan proses tersebut jumlahnya belum banyak.
Adhi mengatakan, industri makanan dan minuman setiap tahunnya membutuhkan stok garam impor hingga 600 ribu ton. Jumlah itu sekitar 30% dari kebutuhan garam impor.
Produksi Garam Lokal Terus Turun
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi garam lokal terus berkurang sejak 2019. Pada tahun itu, produksi garam Indonesia mencapai 2,9 juta ton.
Pada 2020, produksi garam mencapai anjlok mencapai 1,4 juta ton. Produksi garam Indonesia kembali turun menjadi 1,09 juta ton pada 2021. Sementara pada 2022, produksi garam diperkirakan kembali turun menjadi 859 ribu ton.
Sementara volume impor garam meningkat dari 2,6 juta ton pada 2019 dan 2020, menjadi 2,8 juta ton pada 2021. Volume impor garam diperkirakan mencapai 3 juta ton pada 2022.
Mengutip data Statista, Amerika Serikat merupakan negara importir garam terbesar di dunia. Pada 2021, negara tersebut mengimpor garam senilai US$ 826 juta. Indonesia menduduki peringkat ketujuh dengan nilai impor garam Indonesia sepanjang 2021 mencapai US$ 107,53 juta.