Penjualan mobil listrik global diproyeksikan bakal mencapai 14 juta unit di 2023 atau melonjak 35% dibandingkan tahun sebelumnya di kisaran 10 juta unit. Penjualan memang masih terkonsentrasi di Cina, Eropa, dan Eropa tetapi wilayah lain seperti Indonesia juga dianggap sangat potensial.
Laporan terbaru bertajuk ‘Global Electric Vehicle Outlook’ yang diluncurkan International Energy Agency menunjukkan pangsa pasar mobil listrik global akan mencapai 18% di tahun ini. Hal tersebut menunjukkan peningkatan signifikan dari hanya 4% di 2020 dan 14% di 2022.
Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan kendaraan listrik menjadi kekuatan baru ekonomi energi global. Sektor ini membawa transformasi bersejarah industri manufaktur mobil di seluruh dunia. Ia menyebut kehadiran kendaraan listrik akan berdampak signifikan terhadap permintaan minyak dunia.
“Pada 2030, kendaraan listrik akan menghindari kebutuhan minyak hingga 5 juta barel per hari,” katanya, dalam keterangan resmi, Rabu (27/4).
Birol mengatakan saat ini mayoritas penjualan mobil listrik terkonsentrasi di Cina, Eropa, dan Amerika Serikat. Sebanyak 60% penjualan mobil listrik global terjadi di Cina pada tahun 2022. Bahkan lebih dari separuh mobil listrik yang beredar kini berada di China. Sementara di Eropa dan Amerika Serikat, pertumbuhan penjualan masing-masing meningkat 15% dan 55% pada 2022.
Meskipun penjualan dan manufaktur mobil listrik masih terkonsentrasi di ketiga wilayah tersebut, penjualan di beberapa negara seperti India, Thailand, dan Indonesia juga kian berkembang.
“Penjualan mobil listrik di India dan Indonesia naik tiga kali lipat pada tahun lalu,” kata Fatih Birol.
Kendati demikian, pangsa pasar mobil listrik di negara-negara tersebut memang masih sangat kecil yakni hanya 3% di Thailand serta 1,5% masing-masing di Indonesia dan India. Salah satu tren menarik di pasar baru kendaraan listrik ini yakni pertumbuhan kendaraan listrik roda dua dan roda tiga. Di India, lebih dari separuh pendaftaran baru kendaraan listrik merupakan kendaraan roda tiga.
Selain peningkatan penjualan, rantai pasokan dan produksi baterai juga dalam tren positif. “Proyek manufaktur baterai yang diumumkan akan lebih dari cukup untuk memenuhi permintaan kendaraan listrik hingga tahun 2030,” tulis para peneliti IEA dalam riset tersebut.
Laporan lembaga asal Perancis tersebut juga menyoroti kontribusi Indonesia dalam industri kendaraan listrik. Pada Maret 2023, pemerintah Indonesia mengumumkan insentif untuk mendorong adopsi kendaraan listrik termasuk sepeda motor, mobil, dan bus. Pemerintah akan mensubsidi 200.000 motor dan 36.000 mobil listrik di 2023 yang akan mengurangi harga jual hingga 25%.
“Indonesia akan menjadi manufaktur hub terbesar di kawasan untuk baterai dan komponen berkat sumber daya nikel dan mineral lain yang melimpah,” tulis peneliti tersebut.