Ekonomi Meningkat, Harga Pangan Global Naik pada April 2023

ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/YU
Buruh tani merontokkan padi dengan mesin tradisional saat panen di Pelem, Simo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (5/3/2023).
Penulis: Happy Fajrian
6/5/2023, 21.26 WIB

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) melaporkan kenaikan harga pangan global untuk pertama kalinya dalam setahun pada April 2023. Meski demikian harga-harga masih 20% lebih rendah dari rekor tertinggi pada Maret 2022 setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Indeks harga FAO, yang melacak komoditas makanan yang paling banyak diperdagangkan secara global, rata-rata 127,2 poin pada April, naik dibandingkan bulan sebelumnya 126,5.

“Kenaikan indeks harga April mencerminkan harga yang lebih tinggi untuk gula, daging, dan beras, yang mengimbangi penurunan indeks harga sereal, susu, dan minyak sayur,” kata FAO seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (6/5).

Kepala ekonom FAO Maximo Torero mengatakan bahwa saat ekonomi pulih dari perlambatan yang signifikan, permintaan akan meningkat. “Ini memberikan tekanan ke atas pada harga pangan,” ujarnya.

Indeks harga gula melonjak 17,6% dari Maret, mencapai level tertinggi sejak Oktober 2011. FAO mengatakan kenaikan itu terkait dengan kekhawatiran pasokan yang lebih ketat menyusul revisi turun perkiraan produksi untuk India dan Cina, bersama dengan output yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya di Thailand dan Uni Eropa.

Sementara indeks harga daging naik 1,3% bulan ke bulan, harga susu turun 1,7%, harga minyak sayur turun 1,3% dan indeks harga sereal turun 1,7%, dengan penurunan harga dunia dari semua biji-bijian utama melebihi kenaikan harga beras.

“Kenaikan harga beras sangat mengkhawatirkan dan inisiatif Laut Hitam perlu diperbarui untuk menghindari lonjakan gandum dan jagung lainnya,” kata Torero yang merujuk pada kesepakatan untuk mengizinkan ekspor biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam.

Dalam laporan terpisah tentang pasokan dan permintaan sereal, FAO memperkirakan produksi gandum dunia pada tahun 2023 sebesar 785 juta ton, sedikit di bawah tingkat tahun 2022 tetapi tetap merupakan hasil terbesar kedua dalam catatan.

“(Prospek) 2023/24 untuk produksi beras di sepanjang dan selatan khatulistiwa beragam, sebagian besar karena dampak peristiwa La Niña yang bervariasi secara regional,” kata FAO.

FAO menaikkan proyeksi produksi sereal dunia pada 2022 menjadi 2,785 miliar ton dari sebelumnya 2,777 miliar, hanya turun 1,0% dari tahun sebelumnya.

Pemanfaatan sereal dunia pada periode 2022/23 terlihat pada 2,780 miliar ton, kata FAO, turun 0,7% dari 2021/22. Stok sereal dunia pada penutupan musim 2022/2023 diperkirakan turun 0,2% dari level pembukaannya menjadi 855 juta ton.