Badan Pangan Ungkap Dua Penyebab Harga Telur Meroket hingga Rp 38 Ribu

ANTARA FOTO/Ampelsa/nym.
Peternak mengumpulkan telur ayam di peternakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Ternak Non Ruminansia Dinas Peternakan Provinsi Aceh, di kabupaten Aceh Besar, Aceh, Rabu (24/5/2023). Dinas Peternakan Provinsi Aceh mancatat produksi telur ayam ras di daerah tersebut mencapai 70 ribu butir per hari yaitu baru mampu memenuhi sekitar 5,5 persen dari total kebutuhan telur sebanyak 1,3 juta butir per hari.
5/6/2023, 18.00 WIB

Badan Pangan Nasional atau Bapanas menyatakan ada dua penyebab harga telur merangkak naik hingga mencapai Rp 38.000 per kg. Dua penyebab itu adalah kenaikan harga pakan dan biaya produksi.

Ketua Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengatakan harga telur saat ini di atas Rp 30.000 per kg. Harga telur di daerah terpencil bahkan telah mencapai Rp 38.000 per kg.

"Idealnya harga telur di tingkat konsumen mencapai Rp 27.000 per kg," ujarnya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI, Senin (5/6).

Dia mengatakan, terdapat dua penyebab harga telur melambung saat ini yaitu:

1. Harga pakan jagung

Arief mengatakan harga jagung sebagai bahan baku pakan saat ini tengah melambung tinggi. Hal ini menyebabkan biaya produksi peternak menjadi tinggi.

"Harga jagung saat ini sudah Rp 6.000 lebih bahkan Rp 6.600 per kg," ujar Arief.

2. Biaya produksi naik

Arief mengatakan, pemerintah memang sedang menaikkan harga telur di tingkat peternak. Pasalnya, biaya produksi saat ini mencapai lebih dari Rp 20.000 per kg. Dengan demikian, harga di tingkat peternak idealnya Rp 24.000 per kg.

"Kalau harga di tingkat peternak di bawah Rp 24 ribu, maka banyak kandang yang tutup," ujarnya.

Kenaikan Harga Telur Sebabkan Inflasi

Sementara itu, Badan Pusat Statistik merilis mencatat inflasi pada Mei mencapai 0,09% secara bulanan, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 0,33%. Inflasi bulan lalu disumbangkan oleh kenaikan harga makanan.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini menjelaskan inflasi secara tahunan pada Mei mencapai 4%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 4,33%. Sementara inflasi tahun kalender tercatat sebesar 1,1%. 

"Komoditas penyumbang inflasi secara bulanan terbesar pada Mei 2023 adalah bawang merah dengan andil sebesar 0,03%, daging ayam ras 0,03%, ikan segar 0,02%, telur ayam 0,02%, rokok kretek filter 0,02%, dan bawang putih 0,02%," ujar Pudji dalam konferensi pers, Senin (5/6).