Badan Pangan Nasional atau Bapanas menyatakan ada dua penyebab harga telur merangkak naik hingga mencapai Rp 38.000 per kg. Dua penyebab itu adalah kenaikan harga pakan dan biaya produksi.
Ketua Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengatakan harga telur saat ini di atas Rp 30.000 per kg. Harga telur di daerah terpencil bahkan telah mencapai Rp 38.000 per kg.
"Idealnya harga telur di tingkat konsumen mencapai Rp 27.000 per kg," ujarnya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI, Senin (5/6).
Dia mengatakan, terdapat dua penyebab harga telur melambung saat ini yaitu:
1. Harga pakan jagung
Arief mengatakan harga jagung sebagai bahan baku pakan saat ini tengah melambung tinggi. Hal ini menyebabkan biaya produksi peternak menjadi tinggi.
"Harga jagung saat ini sudah Rp 6.000 lebih bahkan Rp 6.600 per kg," ujar Arief.
2. Biaya produksi naik
Arief mengatakan, pemerintah memang sedang menaikkan harga telur di tingkat peternak. Pasalnya, biaya produksi saat ini mencapai lebih dari Rp 20.000 per kg. Dengan demikian, harga di tingkat peternak idealnya Rp 24.000 per kg.
"Kalau harga di tingkat peternak di bawah Rp 24 ribu, maka banyak kandang yang tutup," ujarnya.
Kenaikan Harga Telur Sebabkan Inflasi
Sementara itu, Badan Pusat Statistik merilis mencatat inflasi pada Mei mencapai 0,09% secara bulanan, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 0,33%. Inflasi bulan lalu disumbangkan oleh kenaikan harga makanan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini menjelaskan inflasi secara tahunan pada Mei mencapai 4%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 4,33%. Sementara inflasi tahun kalender tercatat sebesar 1,1%.
"Komoditas penyumbang inflasi secara bulanan terbesar pada Mei 2023 adalah bawang merah dengan andil sebesar 0,03%, daging ayam ras 0,03%, ikan segar 0,02%, telur ayam 0,02%, rokok kretek filter 0,02%, dan bawang putih 0,02%," ujar Pudji dalam konferensi pers, Senin (5/6).