Badai Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK yang menimpa industri alas kaki dalam negeri diperkirakan berlangsung hingga tahun depan. Pemutusan hubungan kerja tersebut dipicu oleh penurunan permintaan global.
"Ya sampai tahun depan, karena situasi rantai suplai dunia juga belum pulih," kata Staf Ahli Bidang Penguatan Industri Dalam Negeri Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito, di Jakarta, Senin (12/6).
Dia mengatakan, penurunan pendapatan industri alas kaki juga didorong oleh mesin produksi alas kaki di Indonesia yang sudah banyak rusak dan tua. Hal itu memperlambat produksi alas kaki.
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Horn Ming Indonesia selaku produsen sepatu Puma melakukan PHK terhadap 600 pekerja. Kebijakan perusahaan yang berada di Cikupa, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten tersebut telah resmi dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang.
Insentif Industri Alas Kaki
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, industri alas kaki masih melakukan PHK karena permintaan pasar sedang sangat tertekan. Volume ekspor industri alas kaki mengalami penurunan terutama ke Eropa.
Agus mengatakan, Kementerian Perindustrian atau Kemenperin sedang melakukan upaya untuk mencegah agar tidak maraknya PHK di industri khususnya di sektor alas kaki. Salah satunya dengan memberikan insentif pengurangan biaya pajak, biaya masuk ditanggung pemerintah, serta biaya bahan baku.
"Insentif ini sedang kita bicarakan," kata dia.
Badai PHK Terjang Industri
Sementara itu, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia, Said Iqbal, mengatakan badai PHK masih marak terjadi di sejumlah industri. Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi belum optimal memberikan manfaat bagi kalangan menengah ke bawah.
Menurut Said Iqbal, ketika ekonomi tumbuh, mestinya ada penyerapan tenaga kerja. Di mana setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi akan ada penyerapan tenaga kerja sebanyak 200 hingga 400 ribu.
"Sekarang Pemerintah mengumumkan ekonomi tumbuh 5%. Seharusnya penyerapan tenaga kerja adalah sebanyak 2 juta. Tetapi kebalikannya, yang terjadi PHK dimana-mana," tegasnya.
Berdasarkan data KSPI, beberapa perusahaan melakukan PHK besar-besaran seperti PT Nikomas Gemilang PHK 3.261 orang, PWI 1000 orang dan dalam proses PHK kurang lebih 3 ribu orang. Panarub sudah melakukan PHK 2.000 orang. Kemudian PT Lawe di Bandung melakukan PHK 1.800 orang.
"Ini menjelaskan, pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati kelas menengah atas. Sedangkan kelas bawah justru terjadi PHK," katanya.
Kemenperin merilis Indeks Kepercayaan Industri pada Mei 2023 sebesar 50,90 poin. Angka ini turun 0,48 poin dibandingkan April 2023 yang mencapai 51,38 poin.
Capaian April 2023 juga sebenarnya mengalami penurunan jika dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 51,87 poin. Sedangkan Februari 2023 sebesar 52,32 poin dan Januari 2023 sebesar 51,54 poin.