Lembaga National Single Window atau LNSW Kementerian Keuangan mengungkapkan biaya logistik di Indonesia masih mahal hingga saat ini. Mahalnya biaya logistik itu disebabkan sejumlah kendala yang menyebabkan proses pengiriman dari hulu hingga hilir tidak efisien.
“Terkait dengan biaya logistik itu faktornya bukan hanya di pelabuhan ternyata. Kalau Bank Dunia itu melakukan survei cost logistik kita 24% di 2014 itu, dari hulu ke hilir sampai ke gudang” ujar Agus Rofiudin saat ditemui di Menara Kadin Indonesia, Kamis (19/7).
Berdasarkan catatan LNSW, biaya logistik di Indonesia mencapai 23,5% dari Produk Domestik Bruto atau PDB nasional. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan negara lainnya, seperti Jepang yang biaya logistiknya hanya 8%, Taiwan 9%, Malaysia 13%, China 14%, dan Thailand 15%.
Menurut dia, tingginya biaya logistik disebabkan karena kemacetan pada transportasi darat. Penyebab kedua yaitu karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Distribusi logistik di negara kepulauan kerap membutuhkan perpindahan moda transportasi yang membutuhkan bongkar muat.
"Dibutuhkan waktu 10 hari agar barang dari Cikarang bisa sampai ke Balikpapan. Sedangkan barang dapat sampai ke Luksemburg itu hanya dalam kurun waktu 2 sampai 3 hari, ” ujarnya.
Selain itu, Agus mengatakan, tingginya biaya logistik di Indonesia juga disebabkan oleh kapal yang selalu dalam keadaan kosong saat pulang. Oleh sebab itu, ia mengatakan saat ini pemerintah berencana untuk mewajibkan manifes domestik. sehingga semua kapal bisa mengangkut barang saat pergi maupun pulang. Dengan demikian, biaya logistik di Indonesia akan menjadi lebih efisien atau murah.
Disisi lain, Agus menyebutkan pemerintah juga sedang memperbaiki ekosistem logistik dengan cara menerapkan program National Logistics Ecosystem atau NLE. Program ini merupakan kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak yang berkaitan dengan arus logistik barang, sistem perbankan, sistem transportasi pergudangan dan entitas-entitas lainnya.
“Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi logistik nasional, dengan memastikan kelancaran pergerakan arus barang,” kata Agus.
Biaya Logistik Luar Jawa Lebih Tinggi
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan biaya logistik di luar jawa masih sangat mahal. Tercermin dari biaya logistik di Sumatera yang masih 20%, dimana lebih tinggi dibandingkan Jawa atau Jakarta yang hanya 12%.
“Ini menggambarkan PR kita memang masih sangat besar," ujarnya dalam acara The New SINSW dan Agenda Diskusi: Let’s Talk about INSW, Jumat (9/6).
Biaya logistik Indonesia yang masih mahal itu, kata dia, juga kalah kompetitif dibandingkan negara tetangga di ASEAN maupun negara emerging market lainnya.
Padahal, dalam catatan Kemenkeu, pemerintahan era Jokowi delapan tahun terakhir sudah menggelontorkan Rp 2.779,9 triliun untuk membangun infrastruktur. Ini diantaranya untuk membangun jalan tol hingga bandar udara.
Sri Mulyani juga menyebut kinerja logistik Indonesia secara umum menurun tercermin dari indeks performa logistik (LPI) yang turun 17 peringkat pada tahun ini dibandingkan lima tahun lalu. Indonesia kini berada di peringkat 63 dari total 139 negara dari sisi performa logistik.
Indeks yang dikeluarkan Bank Dunia ini dihitung dari enam aspek, yakni bea cukai, infrastruktur, kualitas dan kompetensi logistik, ketepatan waktu pengiriman, kemampuan melacak kiriman serta pengiriman internasional.
Dua dari indikator tersebut, yakni bea dan cukai serta infrastruktur mencatat kenaikan indeks. Sementara empat indeks lainnya turun terutama timelines atau ketepatan waktu pengiriman yang turun tajam.