Peneliti: El Nino Turunkan Produksi Padi Tapi Tak Timbulkan Krisis

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.
Sejumlah anak bermain di sawah yang tanahnya kering akibat musim kemarau di Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/8/2023).
Penulis: Nadya Zahira
Editor: Yuliawati
4/8/2023, 13.48 WIB

Ancaman El Nino kembali datang ke Indonesia mulai Agustus hingga September 2023. Cuaca ekstrem ini berpotensi menurunkan produksi padi tapi tak akan menimbulkan krisis pangan.

Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic atau CORE Eliza Mardian mengatakan, secara historis kondisi cuaca ekstrem itu dapat menurunkan produksi pangan. Namun, besaran turun produksinya tergantung tingkat keparahan dari kondisi El Nino tersebut.

Berdasarkan riset CORE Mid Year Review 2022, dampak El Nino berpotensi menurunkan jumlah produksi padi kurang lebih 5%.

Dia mengatakan, penurunan produksi ini tidak sampai menimbulkan krisis pangan. "Karena berkat kekayaan sumber daya Indonesia kita masih memiliki pangan lokal yang dapat menjadi alternatif," ujar Eliza saat dihubungi Katadata.co.id, Jumat (4/8).

Oleh sebab itu, dia menyarankan kepada pemerintah untuk kembali menggenjot pangan lokal. Hal itu bisa dimulai dari penyediaan makanan lokal di tingkat posyandu, ataupun hilirisasi produk pangan lokal dalam bentuk instan dengan harga yang terjangkau.

Sejauh ini belum banyak produk olahan pangan lokal instan yang dipasarkan di supermarket. Bahkan, makanan instan di pasaran didominasi berasal dari bahan gandum yang mana hal tersebut 100% impor. "Akan sangat membahayakan jika masyarakat indonesia berdiversifikasi ke gandum," kata dia.

Eliza juga meminta kepada pemerintah untuk mendorong para pelaku usaha agar bisa memperbanyak produk instan pangan lokal yang mudah dijangkau masyarakat umum.

Produksi Padi akan Merosot 52 Juta Ton

Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia Dwi Andreas Santosa juga mengatakan El Nino diperkirakan akan memangkas produksi padi pada 2023 setidaknya 5% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data BPS, laju penurunan itu setara dengan 2,7 juta ton gabah kering giling (GKG).

Dengan demikian, produksi padi bisa turun ke 52 juta ton GKG pada 2023. “Sudah barang tentu besar pengaruhnya (El Nino), terutama terhadap produksi padi nasional,” kata dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) itu pada Kamis (15/6).

Ketika Indonesia menghadapi El Nino dan IOD pada 2019, BPS memperkirakan produksi padi turun 7,7% ke 54,6 juta ton GKG dari tahun sebelumnya. Penurunan terjadi di tengah cuaca ekstrem. Sawah menghadapi banjir pada awal tahun dan kekeringan selama paruh tahun kedua.

Selain itu, Dwi menyebut produksi padi pada musim panen pertama pada 2023 mengalami gangguan. Pasalnya, pda akhir 2022 terjadi curah hujan yang tinggi dan banjir. Cuaca yang masih sangat basah pada awal 2023 kemudian menurunkan kualitas gabah.

Untuk itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pemerintah telah mempersiapkan tujuh langkah untuk mengantisipasi El Nino, mulai dari identifikasi lokasi kekeringan hingga dukungan asuransi pertanian, serta upaya antisipasi lainnya yaitu dengan mempercepat penanaman untuk mengejar sisa hujan.

Reporter: Nadya Zahira