Indonesia menargetkan menjadi negara maju pada 2024. Namun Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki mengatakan ada perbedaan perkembangan UMKM Tanah Air dibandingkan di Korea Selatan dan Jepang.
Korea Selatan menjadi negara maju pada 2021. Sementara Jepang sudah lama menjadi negara maju.
Syarat untuk menjadi negara maju yakni pendapatan per kapita US$ 13.845. Berdasarkan data Bank Dunia, pendapatan per kapita di Korea Selatan US$ 32.254 dan Jepang US$ 33.815 per tahun lalu.
“Sementara Indonesia baru US$ 4.788,” kata Menteri Teten dalam acara #FlexingLokal bareng Google dan YouTube di Lokananta Solo, Jawa Tengah, Sabtu (12/8).
Di satu sisi, UMKM berkontribusi sekitar 99% terhadap Produk Domestik Bruto atau PDB Indonesia. “Di Jepang dan Korea Selatan juga hanya 1% konglomerat,” kata Teten.
Hanya saja, UMKM di kedua negara maju itu berkembang dari sisi produksi hingga distribusi. Pelaku usaha kecil dan menengah di Jepang dan Korea Selatan menggunakan teknologi tinggi dan didukung riset.
“UMKM di sana sudah menjadi bagian besar dari rantai pasok,” ujar Teten.
Sementara di Indonesia, berdasarkan informasi yang ia terima dan pengecekan langsung di lapangan, kurang didukung inovasi dan teknologi. Ia mencontohkan warung yang terlalu banyak di suatu wilayah.
Alhasil, jika pemerintah mendorong satu atau dua warung di suatu wilayah, maka warung yang lain akan mati.
Selain itu, ia melihat UMKM di suatu daerah kurang mengeksplorasi produk yang bisa dikembangkan. “Misalnya saya ke satu daerah, mereka bilang ‘batik kami bagus Pak’, sudah empat tahun saya bicara batik terus, keripik terus,” ujarnya.
Padahal menurutnya ada beberapa bahan baku di daerah yang jika dikembangkan bisa menjadi produk ekspor yang potensial. Ia mencontohkan lidah buaya atau aloe vera, yang menjadi bahan baku produk kecantikan, termasuk di Korea Selatan.
Ia juga mencontohkan rumput laut yang tersedia di banyak wilayah di Indonesia. Begitu juga dengan kelapa. “Permintaannya banyak di dunia. Saya tahu,” kata Teten.
Oleh karena itu, ia mendorong setiap UMKM di daerah mengembangkan produk dari bahan baku unggulan di wilayah masing-masing. “Buat barang setengah jadi untuk disuplai ke industri nasional dan lokal. Kami bantu dari sisi pabriknya,” ujar dia.