Menteri BUMN Erick Thohir menanggapi arahan Presiden Joko Widodo yang mendorong kerja sama pembangunan ekosistem EV dengan pemerintah Vietnam. Dia mengatakan bahwa saat ini Indonesia sangat terbuka dan fokus untuk membangun industri baterai kendaraan listrik.
"Kalau perusahaan milik Vietnam mau masuk investasi ke dalam negeri, kami terbuka karena kami fokus di bagian baterainya. Apakah investasinya di kendaraan lokal seperti motor? Itu terbuka," kata Erick di Hotel Mulia, Selasa (5/9).
Erick menyampaikan pemerintah tidak membeda-bedakan investasi berdasarkan asal negara. Oleh karena itu, Erick mengatakan BUMN yang masuk dalam ekosistem EV siap bekerja sama dengan perusahaan asal Vietnam.
Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Arsjad Rasjid menilai potensi investasi pengembangan ekosistem EV antara Indonesia dan Vietnam masih besar. Walau demikian, Arsjad mengatakan potensi investasi tersebut masih dalam tahap sangat awal.
Arsjad menyampaikan diskusi terkait pengembangan industri tersebut baru pada sampai kesepakatan ekosistem EV masing-masing akan berinvestasi di negara lainnya. Secara sederhana, perusahaan baterai EV dari Indonesia akan berinvestasi di Vietnam, sementara perusahaan perakitan EV asal Vietnam akan berinvestasi di dalam negeri.
Menurutnya, beberapa sektor yang akan mendapatkan uang segar tersebut adalah baterai EV dan komponen EV. Arsjad memastikan investasi tersebut akan terjadi pada seluruh ekosistem EV di Indonesia dan Vietnam.
"Berarti semua sektor produksi EV dari hulu sampai hilir. Tapi, kan ini baru, jadi enggak mungkin langsung realisasi investasinya," kata Arsjad.
Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, pemerintah sedang membicarakan kerjasama dengan negara-negara ASEAN berkaitan dengan EV. Hal ini seiring dengan tujuan pemerintah yang ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat ekosistem EV di ASEAN.
Namun Moeldoko menyampaikan harus ada kesepakatan-kesepakatan yang disampaikan mengenai kerja sama maupun investasi. Dia menyebut pembicaraan terkait kerja sama EV dimulai dari hilir dan hulu. Apalagi sumber daya nikel di Indonesia sangat besar mencapai 25% dari cadangan dunia.
"Kalau dimulai dari hilirnya, kami membahas apakah sumber yang dimiliki Indonesia, bisa bersama-sama bisa menjadi bagian yang diarahkan untuk pembuatan baterai di kawasan ASEAN," kata Moeldoko kepada wartawan di Media Centre Jakarta Convention Centre, Jakarta Pusat, Selasa (5/9).