Inisiator Gerakan Maju Tani, Erwin Gunawan, memperkenalkan Meta Farming kepada Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Kantor KSP hari ini, Senin (11/9). Secara sederhana, Meta Farming adalah kegiatan bertani dengan menggunakan teknologi Metaverse.
Erwin menjelaskan para pemilik tanah di Metaverse dapat menawarkan lahannya untuk digarap oleh masyarakat. Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari kampanye peningkatan petani generasi muda di dalam negeri.
"Harapan kami pada 2024 kami bisa on boarding 10 juta petani untuk masuk ke program Meta Farming," kata Erwin di Gedung Bina Graha, Senin (11/9).
Erwin mencatat 70% dari total petani di dalam negeri telah berumur lebih dari 65 tahun. Artinya, keterlibatan generasi muda di bidang pertanian semakin berkurang.
Erwin menyampaikan kondisi tersebut diperburuk dengan 50% lahan pertanian di dunia sudah tidak bisa dipakai untuk pertanian. Menurutnya, perbaikan tanah tersebut hanya dapat dilakukan secara alami dan membutuhkan waktu yang lama.
Dengan demikian, modal untuk memulai sebuah pertanian pun semakin besar, khususnya bagi generasi muda. Di samping itu, Erwin menyatakan industri pertanian merupakan industri yang kompleks yang dimulai dari pencarian modal hingga penjualan.
"Kami mengenalkan Gerakan Maju Tani Indonesia untuk menginspirasi, tapi dengan cara yang berbeda. Jadi, kami benar-benar memakai teknologi inovasi untuk pertanian," kata Erwin.
Menanggapi hal tersebut, Moeldoko mengapresiasi kampanye tersebut. Maka dari itu, Moeldoko berencana untuk menjadikan gerakan tersebut menjadi salah satu masukan saat membuat kebijakan di sektor pertanian.
"Saya selaku Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia akan memberikan dukungan penuh. Jangan lupa, jangan kau tinggalkan petani-petani tradisional yang perlu kita angkat bersama," ujarnya.
Pada 2019, Bank Dunia mendata proporsi penduduk yang bekerja sebagai petani menyusut menjadi 28,5%. Padahal tiga dekade sebelumnya jumlahnya mencapai 55,5% dari total angkatan kerja.
Sementara di sektor lain, justru meningkat. Seperti industri yang naik dari 15,2% pada 1991 menjadi 22,36% pada 2019. Kenaikan lebih pesat terjadi pada sektor jasa dari 29,3% menjadi 49,1%.
Tak heran jika Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi, 42 tahun mendatang Indonesia tak lagi mempunyai petani bila tren tersebut terus berlanjut.
"Mungkin pada 2063 tidak ada lagi yang berprofesi sebagai petani seperti yang kita kenal," ujar Plt Direktur Pembangunan Daerah Kementerian PPN/Bappenas Mia Amalia dalam webinar “Sistem Pangan dan Perencanaan Kota” pada Selasa, 23 Maret 2021.