Menteri Investasi Bahlil Lahadalila mengabarkan bahwa kerja sama Indonesia dengan produsen baterai kendaraan listrik asal Inggris, Britishvolt, terancam batal. Ini karena rencana tersebut belum menunjukan perkembangan signifikan.
Britishvolt digadang-gadang menjadi salah satu investor pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia. Mereka dengan menggandeng Grup Bakrie melalui anak usaha PT Bakrie & Brothers, PT Vektor Mobiliti Indonesia (VKTR) untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik.
Kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman bidang elektrifikasi kendaraan ini dilakukan oleh Anindya N. Bakrie mewakili VKTR dan CEO BritishVolt Orral Nadjari di London, Inggris, pada Maret 2022.
Kendati demikian, Britishvolt terancam kolaps setelah gagal mendapatkan investor untuk membangun gigafactory baterai kendaraan listrik. Adapun investasi yang direncanakan mencapai £ 3,8 miliar atau sekitar Rp 73 triliun dengan asumsi kurs Rp 18.460 per pound.
"Kalau Britishvolt sampai sekarang kami belum melakukan tindakan yang maju karena kondisi global," kata Bahlil di Istana Merdeka Jakarta pada Selasa (10/10).
Bahlil mengatakan bahwa kelanjutan invetasi Britishvolt di Indonesia belum menunjukan arah kepastian. "Belum ada perkembangan signifikan soal Britishvolt," ujarnya.
Bahlil sebelumnya mengatakan bahwa Britishvolt telah sepakat untuk berinvestasi pada ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Dia mengatakan progres investasi Britishvolt ke dalam ekosistem kendaraan listrik tanah air sudah masuk dalam tahap finalisasi.
Perusahaan juga disebut telah diberi jatah kavling sebagai lokasi pengembangan pabrik. Kendati demikian, Bahlil saat itu belum menyebutkan besaran nilai investasi yang dikeluarkan oleh Britishvolt.
"Sekarang sedang tahap finalisasi, lokasinya juga sudah hampir beres," ujarnya dalam Keterangan Pers Menteri terkait Rapat Terbatas yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (11/1).
Di sisi lain, The Guardian melaporkan pada Oktober 2022 bahwa startup yang baru berusia tiga tahun tersebut mulai kehabisan uang tunai untuk membiayai proyek gigafactory-nya. Britishvolt dilaporkan hanya memiliki dana tunai untuk operasional selama satu bulan ke depan.
Untuk menghindari kebangkrutan, Britishvolt mengajukan pendanaan jangka pendek £ 30 juta (Rp 553,8 miliar) kepada pemerintah Inggris, namun permintaan itu ditolak. Pemerintah Inggris sebenarnya menjanjikan pendanaan £ 100 juta (Rp 1,8 triliun) namun hanya jika konstruksi pabrik telah mencapai tahap tertentu, dan itu belum tercapai.