Perum Bulog optimistis cadangan beras pemerintah akan cukup memenuhi kebutuhan untuk menghadapi peningkatan konsumsi karena momentum Pemilu dan Ramadan pada tahun depan. Ini karena pemerintah akan kedatangan beras impor 500 ribu ton pada akhir tahun ini
Beras impor sebanyak 500.000 ton berasal dari kuota impor terbaru sejumlah 1,5 juta ton Buwas menghitung stok CBP pada akhir 2023 mencapai 1,3 juta ton.
"Selain itu, kami masih ada penugasan 2 juta ton tahun depan, tambah kuota 1 juta ton akhir tahun ini yang bisa dilanjutkan sampai tahun depan. Ini berarti Bulog akan punya cadangan kuota impor beras 3 juta ton. Aman lah," kata Direktur Utama Bulog Budi Wasesodi kantornya, Rabu (18/10).
Buwas menjelaskan, penangguhan kuota impor beras 1 juta ton membutuhkan kebijakan baru. Kuota impor beras tambahan sejumlah 1,5 juta ton tersebut hanya berlaku hingga akhir tahun ini.
Buwas menjelaskan, pasokan beras Bulog kini mencapai 1,7 juta ton. Angka tersebut diperkirakan tidak akan berubah pada November walau telah ada beras impor sejumlah 300.000 ton pada bulan depan.
Stok beras Bulog hanya akan mencapai 800.000 ton pada akhir tahun ini jika tidak ada penambahan. Ini karena cadangan beras pemerintah akan digunakan untuk penyaluran bantuan pangan dan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan sekitar 900.000 ton.
Seperti diketahui, Pemilu 2024 akan jatuh pada Februari 2024, sedangkan Ramadan 1445 H dimulai pada Maret 2024. Buwas menilai, kedua hajatan tersebut akan membuat konsumsi beras melonjak. Meski demikian, Buwas berpendapat tidak ada tantangan dalam menjaga pasokan CBP pada kuartal pertama 2024. Menurut dia, tantangan Bulog pada Januari-Maret 2024 terletak pada kegiatan distribusi.
"Kami akan bertempur terkait harga dan kualitas beras dengan kelompok-kelompok jaringan yang ingin memanfaatkan dan mencari keuntungan dari beras Bulog," ujar dia.
Buwas mengakui praktek mafia beras terjadi di penjuru negeri. Praktek yang diungkap adalah mengemas beras Bulog yang disalurkan secara curah dengan merek lain dan dijual dengna harga lebih tinggi ke konsumen.
"Mereka membeli dari kami Rp 8.300 per kilogram, sedangkan mereka jual langsung ke konsumen sampai Rp 13.000 per kilogram dengan diganti karungnya. Jelas banyak dampak negatifnya," kata Buwas.
Buwas menyampaikan praktek mafia tersebut membuat strategi Bulog dalam menekan harga beras tidak efektif. Selain itu, inflasi di Banten terus menanjak karena harga beras tidak terkendali. Buwas menyadari praktek mafia beras tersebut dapat kembali muncul. Menurutnya, oknum pedagang beras akan memanfaatkan disparitas harga beras di pasar saat ini dengan harga jual beras Bulog.
Polda Banten sebelumnya telah menangkap tujuh tersangka praktek mafia beras tersebut. Adapun ketujuh tersangka yang melakukan penyimpangan atau kecurangan tersebut adalah berinisial HS 36 tahun, Tl 39 tahun, AN 58 tahun, BA 31 tahun, FA 42 tahun, HA 66 tahun, dan IS 30 tahun.
"Kami menurunkan satgas pangan yang langsung bergerak cepat dengan mengungkap kasus tindak pidana perlindungan konsumen dan persaingan dagang dengan cara mengemas ulang beras Bulog menjadi kemasan merek lain", ujar Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Didik Hariyanto di Serang, Jumat (10/2).