Indonesian Iron and Steel Industry Association atau IISIA menilai, permintaan produk besi dan baja tetap akan tumbuh berkat proyek Ibu Kota Nusantara atau IKN. Mayoritas atau lebih dari 60% produk besi dan baja selama ini diekspor ke Cina yang saat ini sedang menghadapi pelemahan ekonomi dan berdampak pada penurunan permintaan.
Badan Pusat Statistik mencatat, nilai ekspor ke Cina mencapai 62,35% dari total ekspor besi dan baja pada Januari-Agustus 2023 senilai US$ 11,5 miliar. Total ekspor besi dan baja ke Cina mencapai US$ 18,99 miliar atau 64,26% dari total ekspor besi dan baja pada tahun lalu.
Ketua Umum IISIA Purwono Widodo mengatakan, pabrikan besi dan baja lokal dapat mengubah tujuan ekspor ke Cina tersebut menjadi ke Ibu Kota Nusantara atau IKN. Menurutnya, permintaan besi dan baja di IKN akan melonjak pada akhir tahun ini.
"Proyek infrastruktur pada akhir tahun ini akan habis-habisan menghabiskan anggaran, terutama di IKN. Di IKN itu sangat kekurangan pasokan besi dan baja," kata Purwono di Kantor Kementerian Perindustrian, Senin (23/10).
Purwono berniat untuk berdiskusi dengan beberapa pimpinan proyek infrastruktur di dalam negeri untuk dapat menyerap baja lokal. Jika strategi tersebut berjalan lancar, Purwono optimistis industri baja nasional dapat kembali tumbuh dua digit. PDB industri baja berhasil tumbuh 11,49% sepanjang 2022.
"Bisa tumbuh lebih tinggi dari 2022 kalau di kuartal keempat tahun ini enggak ada gangguan," ujar Purwono.
Di sisi lain, Purwono mengatakan pelemahan ekonomi di Cina berpotensi membuat serapan besi dan baja asal Negeri Panda menurun. Pelemahan ekonomi Cina berpotensi meningkatkan volume impor besi dan baja asal Cina. Ini karena produk besi dan baja yang harusnya diserap di Negeri Tirai Bambu berubah tujuan ke pasar ekspor.
Purwono menjelaskan, Cina memasok 50% dari kebutuhan besi dan baja dunia. Pelemahan ekonomi di Negeri Panda membuat serapan domestik besi dan baja menjadi berkurang. Alhasil, besi dan baja yang seharusnya digunakan di Negeri Tirai Bambu dipasarkan ke negara tetangganya.
"Kalau besi dan baja produksi Cina ke luar, biasanya mengganggu pasar besi dan baja negara tetangganya, terutama negara-negara anggota ASEAN," kata Purwono.