IBC Jajaki Peluang Pasok Sel Baterai untuk Mobil Listrik VinFast

Vinfastautos.us
PT Indonesia Battery Corporation (IBC) tengah menjajaki peluang kerja sama untuk memasok sel baterai dan battery pack untuk produsen mobil listrik asal Vietnam, VinFast.
13/11/2023, 13.30 WIB

PT Indonesia Battery Corporation (IBC) tengah menjajaki peluang kerja sama dengan produsen mobil listrik asal Vietnam, VinFast, yang akan membangun pabrik perakitan mobil listrik senilai US$ 1,2 miliar atau Rp 18,6 triliun di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah. Konstruksi awal pabrik tersebut diproyeksikan berjalan paling lambat dalam dua bulan ke depan.

Holding BUMN produsen baterai listrik Indonesia itu telah menjalin diskusi awal dengan VinES, perusahaan produsen baterai asal Vietnam yang merupakan bagian dari Grup Vinfast. Diskusi awal itu mencakup pembahasan potensi kerja sama di bidang teknologi baterai, peningkatan kapasitas perusahaan, hingga penguatan rantai pasok untuk bahan baku baterai.

Sekretaris Perusahaan IBC Muhammad Sabik mengatakan potensi kerja sama tersebut masih memerlukan eksplorasi dan elaborasi lebih lanjut antara IBC dan Vinfast. Apabila VinFast berinvestasi di Indonesia, IBC dapat berperan sebagai pemasok kebutuhan sel dan battery pack yang terdiri atas kumpulan sel baterai. IBC dapat melakukan hal itu setelah Proyek Grand Package IBC dengan mitra perusahaan asal Cina, Cotemporary Amperex Technology (CATL) dan konsorsium LG Energy Solution (LGES) beroperasi.

"Battery cell dan battery pack ini akan menggunakan bahan baku nikel yang berasal dari Indonesia," kata Sabik lewat pesan singkat di WhatsApp, pada Senin (13/11).

Selain membahas pembagian peran dalam bisnis rantai pasok bahan baku hingga produk baterai, diskusi antara IBC dan Vinfast juga telah mamasuki tahap penetapan target penjualan pabrikan baterai untuk porsi dalam negeri dan alokasi penjualan ekspor. "Eksplorasi dan elaborasi dengan Vinfast masih terus berjalan dengan baik. Untuk target penjualan, masuk dalam agenda tersebut," ujar Sabik.

Menunggu Kelanjutan Proyek Grand Package 

Proyek Grand Package merupakan dua proyek pengembangan baterai kendaraan listrik yang dijalankan IBC bersama dua perusahaan asing. IBC bersama CATL melalui cucu usahanya, Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Limited alias CBL berencana untuk membangun ekosistem pengembangan baterai listrik bernama Proyek Dragon. Sementara itu, IBC juga menggarap Proyek Titan bersama LGES dengan nilai investasi US$ 8 miliar atau sekitar Rp122,79 triliun.

Pola bisnis yang lakukan bersama dua perusahaan asing tersebut sama-sama mengedepankan produksi sel baterai di Indonesia. Dalam Proyek Titan yang digarap bersama LGES, suplai bijih nikel akan seluruhnya dipasok oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam) sebanyak 16 juta ton per tahun.

Bijih nikel tersebut akan diolah dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan teknologi Teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Pengolahan bijih nikel dengan suhu tinggi merupakan proses pembuatan bahan baku sel baterai berupa nikel sulfat, prekursor, dan katoda.

IBC merupakan holding produsen baterai listrik indonesia yang terdiri atas MIND ID melalui PT Antam dan Inalum, Pertamina, serta PLN. Mereka masing-masing menggenggam porsi 25% saham IBC.

Selanjutnya di sisi petambangan bijih nikel, Antam bakal mengambil peran utama dalam dalam Proyek Titan. Adapun proses produksi RKEF dan HPAL akan ditangani oleh IBC dan Antam. Rangkaian produksi nikel sulfat, prekursor hingga katoda akan berada di bawah IBC.

Seluruh rangkaian proses dari penambangan sampai pengolahan HPAL akan dilakukan di Halmahera Timur. Kemudian, pengembangan bahan baku menjadi sel baterai akan dilanjutkan di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah dan Karawang, Jawa Barat.

Terkait Proyek Dragon, IBC bersama CBL akan mengembangkan industri baterai kendaraan listrik sampai tahap proses daur ulang baterai yang diambil dari dari baterai bekas dari kendaraan listrik dan bekas energy storage system atau sistem penyimpanan energi untuk energi baru dan terbarukan.

Dalam proyek senilai lebih dari US$ 6,7 miliar atau sekira Rp 105,3 triliun tersebut, CBL akan membangun seluruh fasilitas sampai produksi sel baterai tahap pertama di Halmahera Timur. Pada tahap kedua, CBL akan membangun proyek pengolahan nikel sulfat, prekursor, katoda dan sel baterai di Kawasan Industri Kalimantan Utara, serta membangun pabrik daur ulang baterai. Proyek ini nantinya akan mengembangkan ekosistem baterai listrik dari hulu ke hilir.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu