Sejumlah warga menyerukan untuk memboikot produk minuman instan Coca-Cola karena perusahaan tersebut diduga mendukung Israel di tengah konflik yang sedang terjadi di Gaza, Palestina.
Menanggapi hal tersebut, Public Affairs, Communication & Sustainability Director for Indonesia and PNG Coca-Cola Europacific Partners, Lucia Karina, mengatakan dirinya tidak bisa berkomentar lebih terkait permasalahan boikot. Namun, dia memastikan Coca-Cola akan terus bergerak dan berproduksi selama tidak menyalahi aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
“Kalau soal boikot aku tidak bisa berkomentar apa-apa karena semua pihak punya kesempatan untuk usaha ya. Nabi Muhammad pun menyatakan bahwa ‘ayo kita berusaha dan menjual kepada siapapun’. Makanya aku tidak mau berkomentar karena ini menyangkut hak asasi,” ujar Lucia saat ditemui awak media, usai acara diskusi panel terkait SNI Recycled PET, di Jakarta, Rabu (14/11).
Meski Coca-Cola dituding sebagai pendukung Israel, dia mengatakan, minuman soda instan tersebut diproduksi langsung oleh orang-orang Indonesia dengan menggunakan bahan dan produk lokal.
“Yang jelas, namanya dunia selalu bergerak dengan segala usahanya. Yang penting mari kita doakan untuk perdamaian dan kedamaian,” kata dia.
Turki Hapus Coca-Cola dan Nestle di Seluruh Restoran
Melansir dari Reuters, Parlemen Turki menghapus produk Coca-Cola dan Nestle dari restoran di lingkungan gedung parlemen. Hal tersebut dilakukan karena kedua perusahaan tersebut diduga mendukung Israel di tengah adanya konflik pertikaian di Gaza.
"Produk dari perusahaan-perusahaan yang mendukung Israel tidak akan dijual di restoran, kafetaria, dan rumah teh di lingkungan parlemen," demikian pernyataan Majelis Agung Nasional Turki tanpa menyebutkan nama perusahaan.
Ketua Majelis Agung Nasional Turki, Numan Kurtulmus, mengatakan kebijakan tersebut dilakukan untuk mendukung kepekaan masyarakat terhadap pemboikotan produk-produk dari perusahaan yang secara terbuka mendeklarasikan dukungan kejahatan perang Israel dan pembunuhan orang-orang tidak bersalah di Gaza.
Seorang sumber di parlemen mengatakan, minuman dari Coca-Cola dan kopi instan Nestle merupakan produk-produk yang dihapus dari menu. Menurut dia, keputusan ini bertujuan menanggapi kemarahan masyarakat terhadap perusahaan-perusahaan yang mendukung Israel.
Namun sayangnya, pernyataan resmi dari Parlemen Turki maupun sumber Reuters tidak menjelaskan dan merinci bagaimana Coca-Cola dan Nestle dalam mendukung Israel. Coca-Cola dan Nestle juga belum merespons permintaan konfirmasi yang dikirimkan Reuters.
Adapun menurut data yang dihimpun Jeffrey Sonnenfeld, profesor dari Yale School of Management, sampai saat ini ada lebih dari 200 perusahaan yang telah menyatakan dukungan kepada Israel secara terbuka.
Jeffrey Sonnenfeld memperoleh data tersebut dengan melacak pemberitaan di media massa, serta unggahan di situs atau akun media sosial resmi perusahaan yang menyatakan bahwa serangan Hamas ke Israel merupakan "aksi teroris", mengecam sentimen kebencian terhadap Yahudi atau antisemitisme, serta menyuarakan dukungan atau solidaritas untuk Israel.
Hasilnya, mayoritas perusahaan yang menyuarakan hal-hal tersebut berasal dari Amerika Serikat (AS). Kendati mayoritas berasal dari AS, perusahaan-perusahaan yang menyuarakan dukungan untuk Israel umumnya beroperasi secara multinasional.