Menteri Erick: Merger Pelita Air dan Citilink Demi Tekan Harga Tiket

ANTARA FOTO/Rifqi Raihan Firdaus/wpa/nym.
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) menyebut, salah satu penyebab naiknya harga tiket pesawat adalah minimnya armada yang dimiliki maskapai.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
13/12/2023, 15.58 WIB

Kementerian BUMN akan menggabungkan atau memerger PT Citilink Indonesia dan PT Pelita Air Service. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, merger antara kedua anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk ini bertujuan untuk menekan harga tiket penerbangan. 

Menurut Erick, salah satu penyebab naiknya harga tiket pesawat adalah minimnya armada yang dimiliki maskapai. Jumlah armada penerbangan di dalam negeri saat ini hanya mencapai 450 unit, turun dari posisi sebelum pandemi Covid-19 sejumlah 750 unit.

"Karena minimnya pesawat itu kami mendorong merger Pelita dengan Citilink supaya kami punya kekuatan untuk menyeimbangkan harga tiket pesawat," kata Erick di Waskita Rajawali Tower, Rabu (13/12).

Erick menekankan minimnya armada pesawat bukan karena rendahnya kapabilitas maskapai pelat merah. Menurutnya, kondisi tersebut terjadi karena maskapai milik pemerintah saat ini memang belum pulih dari pandemi Covid-19.

Ia menghitung total pesawat yang harus beroperasi di dalam negeri adalah 720 unit. Angka tersebut didapatkan setelah membandingkan kondisi perekonomian nasional dengan perekonomian Amerika Serikat.

Erick mencatat, total pesawat di Negeri Paman Sam mencapai 7.200 unit dengan total populasi 300 juta orang. Sementara itu, rata-rata pendapatan per kapita di Amerika Serikat mencapai US$ 40.000 per tahun.

Menurut dia, total populasi di dalam negeri mendekati 280 juta orang dengna pendapatan per kapita US$ 4.700 per tahun. Dengan demikian, ia menilai industri maskapai nasional setidaknya harus memiliki 10% dari total pesawat yang ada di Amerika Serikat.

"Anggap Indonesia 10% nya dari Amerika dan catatan terpenting, Indonesia adalah negara kepulauan, Amerika satu pulau," katanya.

Erick menjelaskan Pelita dibentuk karena kekhawatiran BUMN mengenai potensi kegagalan restrukturisasi Garuda Indonesia. Menurut data yang disampaikan Erick, Pelita Air saat ini memiliki 12 pesawat dan jumlahnya akan ditingkatkan menjadi 20 pesawat. Sementara itu, Garuda Indonesia memiliki 60 pesawat dan Citilink sebanyak 50 pesawat.

Wakil BUMN Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko mengatakan, pihaknya menargetkan rencana merger perusahaan maskapai negara tersebut akan rampung tahun ini.  "Tapi kita lihat pembukuannya seperti apa, perlu proses lah, kalau tahun ini ya tahun ini," kata Tiko ketika ditemui wartawan, Kamis (31/8).

Reporter: Andi M. Arief