Founder & CEO Mayapada Group, Dato Sri Tahir, melihat besarnya potensi yang dimiliki oleh sektor pertanian hingga perikanan di Indonesia. Dua sektor tersebut dapat menjadi penopang baru untuk menggenjot perekonomian nasional.
Sayangnya, dia menilai banyak komoditas pangan yang masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Penyebabnya ada banyak faktor, mulai dari ekosistem bisnis yang kurang menunjang hingga tak efektifnya jalan produksi atau strategi bisnis yang dijalankan.
Dato Sri mendorong pemerintah membuka kesempatan kepada sektor pertanian dan sektor perikanan berkembang secara bisnis. Dengan begitu, kedua sektor itu dapat menjadi sebuah lapangan yang menarik digarap oleh pengusaha domestik.
“Industri ini (pertanian dan perikanan) seharusnya didorong oleh pemerintah, berikan pengusaha jalan untuk masuk ke dalamnya. Its very good actualy,” katanya dalam acara diskusi bertajuk “A Day with Dato Sri Tahir: Mimpi Sang Filantrofis Indonesia”, di Jakarta, Selasa (12/12).
Ia menambahkan pemerintah perlu menaruh perhatian secara khusus karena besarnya potensi kedua sektor itu, baik dari segi ekonomi maupun ketahanan pangan dalam negeri.
Dato Sri pun menitipkan harapan kepada pemerintahan selanjutnya. “Mudah-mudahan nanti pemerintah yang baru mencari menteri yang dapat memaksimalkan potensi yang telah diberikan Tuhan untuk Indonesia. Hadirkan grand plan atau five years plan untuk Indonesia,” katanya.
Di sisi lain, dia mengingatkan para pengusaha bahwa semua hal itu membutuhkan proses, termasuk membangun bisnis di sektor pertanian dan pertanian. “Pengusaha kita ini mau cepet, hari ini gua masuk, hari ini gua kaya. Selanjutnya diperparah dengan sikap latah. Semua dikejar,” katanya.
Semua pihak saat ini seharusnya berpikir untuk mencari jalan agar kedua sektor tersebut bisa dinikmati, tak hanya nilai konsumsinya namun juga nilai produktifnya oleh masyarakat.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi
Dalam kesempatan yang sama, Dato Sri menyatakan sejumlah langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan baik atau buruknya suatu level pertumbuhan ekonomi sebuah negara, misalnya Indonesia. “Kalau bicara ekonomi, kita tidak bisa bicara hanya soal Indonesia. Jika kita bicara growth, itu relatif. Tidak ada yang namanya absolute growth,” ujarnya.
Baiknya suatu pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh faktor-faktor yang membangun pertumbuhan tersebut. Jika pertumbuhan dipicu oleh sifat konsumtif, maka hasilnya tidak akan bagus. Sebaliknya, jika dipicu oleh sifat produktif maka pertumbuhan ini adalah pertumbuhan yang solid.
Dato Sri memproyeksikan tahun depan merupakan tahun yang dipenuhi kekhawatiran terkait dengan kondisi ekonomi, salah satunya adalah resesi. Namun efeknya dapat ditekan melalui sejumlah kebijakan pemerintah, salah satunya hilirisasi.
Hilirisasi perlu diperluas, tak hanya fokus dalam satu komoditas tambang atau mineral seperti nikel, timah atau batu bara. Apalagi jika disempurnakan dengan aturan yang menunjang maka efeknya besar bagi ekonomi Indonesia.
“Kita memang diselamatkan oleh commodity price. Tapi pemerintah mengambil langkah bijaksana dengan melakukan hilirisasi. Nilai tambah untuk komoditas kita bertambah, which is good,” katanya.
Sementara itu, Dato Sri mengatakan subsidi yang bersifat konsumtif bisa diganti dengan subsidi yang produktif. Selain itu, windfall profit juga bisa menjadi penyelamat ekonomi Indonesia.
Hal lain yang bisa turut menunjang pertumbuhan ekonomi hingga menekan efek resesi adalah pembangunan infrastruktur di Indonesia. Hal ini merupakan kunci pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
“Memang sekarang kita belum bisa melihat efeknya (pembangunan infrastruktur). Namun we do believe in twenty year or fifty year later, our new generation will enjoy it,” ujarnya.
Kebijakan lain yang bisa dilakukan pemerintah adalah menghadirkan ekosistem sampai kebijakan yang dapat mengakomodir sektor industri-industri lokal yang belum optimal.