Kementerian Perdagangan memberikan kuota impor gula mencapai 5,48 juta ton pada tahun ini. Sebanyak 708.609 ton merupakan gula konsumsi, sedangkan 4,77 juta ton merupakan gula untuk bahan baku industri.
Volume impor gula konsumsi pada tahun ini lebih rendah 28,5% dari kuota impor gula 2023 sejumlah 991.000 ton. Namun, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Budi Santoso mengatakan, volume impor gula tahun ini dapat ditambah.
"Neraca komoditas itu bisa dievaluasi per tiga bulan atau sewaktu-waktu diperlukan bisa ditambah atau dikurangi. Jadi, tidak harus langsung ditetapkan sekian ratus ribu ton ditetapkan awal tahun," kata Budi di Gedung Kementerian Perdagangan, Kamis (4/1).
Budi menekankan, pemerintah memprediksi volume impor dalam Neraca Komoditas 2024 telah mencukupi kebutuhan sepanjang tahun ini. Budi mengatakan rendahnya volume impor gula konsumsi tahun ini bukan akibat dari rendahnya realisasi impor gula tahun lalu.
Badan Pangan Nasional atau Bapanas mendata realisasi impor gula konsumsi pada Januari-September 2023 hanya sekitar 35% atau 343.281 ton. Budi mengatakan realisasi impor gula konsumsi pada tahun lalu telah mencukupi kebutuhan gula konsumsi di dalam negeri.
Walau demikian, Bapanas menyatakan peningkatan Harga Acuan Pembelian gula oleh pemerintah dinaikkan pada akhir 2023 karena pasokan gula lokal yang minim. Permintaan gula konsumsi domestik masih bergantung pada impor hingga 30%.
Berdasarkan data Bapanas, harga gula konsumsi konsisten tumbuh sepanjang 2023. Harga gula konsumsi telah mencapai Rp 17.310 per kilogram hari ini, Kamis (4/1), atau lebih tinggi dari HAP gula senilai Rp 16.000 per kg.
"Harga gula tinggi bukan karena realisasi impor gula konsumsi rendah, tapi karena harga gula internasional yang tinggi. Akibat harga gula konsumsi internasional yang tinggi, importir hati-hati dalam mengimpor dan menunggu harga gula internasional stabil," kata Budi.
Berdasarkan data Tradingeconomics, harga gula internasional memuncak pada awal November 2023 menjadi US$ 27,95 per pon. Harga gula internasional telah susut lebih dari 25% dari titik tertinggi 2023 menjadi US$ 20,85 per pon kemarin, Rabu (3/1).
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi sebelumnya menilai akar penyebab naiknya rata-rata nasional harga gula menembus Rp 16.000 per kilogram adalah importir gula. Sebab, importir gula hanya merealisasikan 26% atau sekitar 260.000 ton pada Januari-Oktober 2023.
"Siapapun yang sudah mendapatkan izin impor gula, tugasnya realisasi impor. Kalau realisasi importir enggak bagus, kami kaji ulang tahun depan enggak perlu dapat lagi izin impor gula," kata Arief di Gedung DPR, Rabu (8/11).
Arief mencatat, pihak yang tidak merealisasikan izin impor tersebut adalah perusahaan negara maupun swasta. Menurutnya, seluruh importir gula harus menanggung peningkatan harga gula global secara mandiri.