Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan perlambatan realisasi investasi pada tahun lalu disebabkan oleh Pemilihan Umum 2024. Menurunnya, Pesta Demokrasi tersebut membuat investor asing menahan rencana investasinya di dalam negeri.
Total investasi pada 2023 mencapai Rp 1.418,9 triliun atau tumbuh 17,5% secara tahunan. Namun, laju pertumbuhan investasi tersebut melambat dibandingkan capaian 2022 yang tumbuh 34% secara tahunan menjadi Rp 1.207 triliun.
Perlambatan tersebut disebabkan oleh Penanaman Modal Asing atau PMA yang hanya mampu tumbuh 13,5% secara tahunan menjadi Rp 744 triliun. PMA tumbuh 44,2% menjadi Rp 654,4 triliun pada 2022.
"Harus diakui tahun politik ini tidak gampang untuk mencari investasi. Harus berbagai macam cara dilakukan dan tidak cukup hanya dengan teori. Merayu investor asing untuk masuk tidak mudah," kata Bahlil dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (24/1).
Perlambatan, menurut dia, juga disebabkan oleh perhitungan dasar pertumbuhan investasi 2023 juga lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, ia mengakui faktor utama perlambatan investasi tersebut adalah Tahun Politik.
Pada saat yang sama, ia menilai realisasi PMA pada 2023 menunjukkan masih ada kepercayaan dari investor asing. "Itu menjadi tantangan bagi kami untuk meyakinkan investor asing bahwa sekalipun tahun politik, iklim investasi di dalam negeri tetap jelas," ujarnya.
Berdasarkan lokasinya, investasi di luar Pulau Jawa kembali mendominasi atau 51,5% senilai Rp 730,8 triliun, sedangkan di Pulau Jawa mencapai Rp 668,1 triliun.
Jawa Barat menjadi provinsi dengan nilai PMA terbesar sepanjang 2023 yang mencapai US$ 8,3 miliar atau 16,5% PMA. Sementara itu, realisasi PMDN terbesar terjadi di DKI Jakarta yang mencapai Rp 92,5 triliun.
Kemenves mendata dana asing terbesar datang dari Singapura atau mencapai US$ 15,4 miliar. Capaian tersebut diikuti Cina senilai US$ 7,4 miliar, Hongkong sekitar US$ 6,5 miliar, dan Jepang senilai US$ 4,6 miliar.
Peringkat negara asal investor asing berubah pada peringkat kelima. Amerika Serikat yang menanamkan dana senilai US$ 3,3 miliar pada 2022 didepak oleh Malaysia dengan capaian US$ 4,1 miliar pada 2023.