Kementerian Investasi melaporkan total nilai realisasi investasi hilirisasi mineral sepanjang 2023 mencapai Rp 216,8 triliun. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan nilai tidak berasal dari satu komoditas saja.
“Jadi sekali lagi smelter (pabrik pengolahan dan pemurnian) yang kami bangun bukan hanya nikel, tapi juga bauksit dan tembaga,” kata Bahlil dalam konferensi pers yang dipantau secara daring, dikutip Kamis (25/1).
Berdasarkan paparan Bahlil realisasi smelter nikel selama 2023 mencapai Rp 136,6 triliun atau 63%. Kemudian smelter tembaga Rp 70,5 triliun (32,52%), dan smelter bauksit Rp 9,7 triliun (4,47%). “Investasi hilirisasi ini harus berkeadilan. Adil bagi investor, pemerintahan pusat, rakyat, pemda, pengusaha daerah,” ujar Bahlil.
Guna mewujudkan keadilan ini Bahlil menyebut Kementerian Investasi telah mengeluarkan peraturan menteri. “Bahwa setiap investasi masuk wajib berkolaborasi dengan pengusaha dan UMKM di daerah supaya perputaran ekonominya di situ,” ucap Bahlil.
Bahlil mengakui bahwa dalam proses hilirisasi ini masih banyak kekurangan, termasuk dalam hal kesejahteraan masyarakat sekitar. “Maka dari itu kami ingin ke depan kemiskinan di area sekitar tambang tidak ada lagi,” kata dia.
Tidak hanya sektor mineral, Bahlil juga turut melaporkan capaian nilai realisasi hilirisasi di komoditas lainnya. Mulai dari hilirisasi migas dengan petrochemicalnya senilai Rp 46,3 triliun, dan hilirisasi ekosistem kendaraan listrik, dalam hal ini baterai, yang mencapai Rp 9,7 triliun.
Selain itu, dia juga menyebutkan nilai realisasi hilirisasi dalam bidang pertanian yang berasal dari minyak kelapa sawit atau CPO sebesar Rp 50,8 triliun dan sektor kehutanan melalui pulp dan paper Rp 51,8 triliun. “Memang ke depan kami akan dorong hilirisasi di sektor perikanan, pertanian, dan perhutanan yang lebih masif lagi,” ujarnya.
Sehingga jika ditotalkan seluruhnya, jumlah realisasi hilirisasi selama 2023 mencapai Rp 375,4 triliun atau 26,5% dari total investasi selama 2023 Rp 1.418,9 triliun. Total investasi tersebut naik 17,5% dibandingkan 2022 yang mencapai Rp 1.207,2 triliun.
Penanaman modal asing masih mendominasi yakni mencapai 52,4% dari total investasi tahun lalu atau Rp 744 triliun. Sementara itu, penanaman modal dalam negeri atau PMDN mencapai Rp 674,9 triliun atau mengambil porsi 47,6%.