Impor KRL dari Cina Lebih Mahal Ketimbang Rencana Beli dari Jepang

ANTARA FOTO/Mardiansyah Al Afghani/wpa/nz.
Ilustrasi. KAI sempat memaparkan rencana KCI untuk mengimpor KRL dari Jepang.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
2/2/2024, 15.05 WIB

PT Kereta Commuter Indonesia atau KCI akhirnya memutuskan untuk mengimpor tiga rangkaian KRL dari Cina senilai Rp 783  miliar pada tahun ini. KRL dari Cina dipilih alih-alih dari Jepang yang sebelumnya sempat direncanakan. Bagaimana sebenarnya perbandingan harganya?

Ketiga rangkaian tersebut akan dipasok oleh CRRC Sifang Co., Ltd. Berdasarkan catatan Katadata.co.id, anggaran pengadaan kereta asal Negeri Tirai Bambu tersebut lebih besar daripada rencana pembelian dari Jepang yang dipaparkan kepada Komisi V DPR tahun lalu oleh PT Kereta Api Indonesia atau KAI.

KAI sebelumnya merencanakan kereta baru yang datang pada 2024 dipasok dari Jepang dengan harga satu rangkaian Rp 18,8 miliar. Dengan total satu rangkaian kereta sejumlah 12 gerbong, total anggaran yang disiapkan KAI adalah Rp 678,8 miliar. Anggaran tersebut lebih kecil Rp 104,2 miliar daripada yang dieksekusi dengan Cina.

Direktur Utama KCI Asdo Artriviyanto mengatakan, pengadaan impor dari Cina sesuai hasil rapat koordinasi yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Asdo menyampaikan sumber dana pengadaan ketiga rangkaian tersebut adalah Penyertaan Modal Negara.

“Pengadaan Impor sarana KRL baru ini juga merupakan proses terakhir dari rangkaian pengadaan sarana KRL oleh KCI," kata Asdo dalam keterangan resmi, yang dikutip Jumat (2/2).

Menurut Asdo, pengadaan kereta anyar tersebut sesuai dengan proyeksi kebutuhan pengguna Commuter Line Jabodetabek 2024-2025 yang mencapai 1 juta pengguna per hari. Asdo mencatat rata-rata penumpang harian pada 2023 adalah 850.00 pengguna.

Ia mendata total pengguna Commuter Line Jabodetabek mencapai 290,89 juta sepanjang 2023. Angka tersebut naik 38% secara dari capaian 2022 sejumlah 239,25 juta orang. Asdo memprediksi pengguna Commuter Line Jabodetabek akan naik 16,98 juta orang atau 4% per tahun.

Selain pengadaan KRL, Asdo melaporkan pihaknya telah memesan 16 kereta baru dari PT Industri Kereta Api senilai Rp 3,83 triliun. Selain itu, KCI telah memesan 19 kereta retrofit senilai Rp 2,32 triliun.

Asdo sebelumnya berencana untuk meningkatkan kecepatan kereta commuter di Jabodetabek saat jumlah rangkaian yang beroperasi berkurang sepanjang tahun ini. Peningkatan kecepatan masing-masing kereta commuter dinilai dapat meningkatkan frekuensi perjalanan harian.

Menurut Asdo, kecepatan Commuter Jabodetabek trayek Bogor-Manggarai dan jurusan Tanah Abang telah dinaikkan menjadi 80 kilometer per jam. Sementara tujuan ke Bekasi telah ditingkatkan menjadi 90 kilometer per jam.

"Sederhananya, kereta akan lebih cepat dan menambah kapasitas angkut setiap perjalanan," ujarnya.