Produksi beras pada awal tahun ini anjlok sehingga menyebabkan stok beras di pasaran menipis. Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan perubahan iklim telah memengaruhi proses panen padi di dalam negeri.
Bayu menyampaikan, curah hujan yang tidak menentu membuat proses pengeringan gabah terhambat. Ia mencatat 95% gabah di dalam negeri masih dikeringkan menggunakan cahaya matahari. Adapun gabah yang telah terguyur hujan tidak bisa langsung dikeringkan dengan mesin pengering gabah. Sebab, proses tersebut justru dapat membuat gabah pecah dan membuat beras di proses akhir berwarna kuning.
"Saat ini proses panen kita terlambat karena sebentar hujan, sebentar tidak, lalu hujan lagi. Hal tersebut membuat petani dan penggilingan padi sakit kepala," kata Bayu di kantornya, Selasa (13/2).
Badan Pangan Nasional memproyeksikan panen beras baru akan optimum pada Maret 2024 atau mencapai 3,5 juta ton. Walau demikian, angka tersebut lebih rendah 31,77% dari periode yang sama tahun lalu sejumlah 5,13 juta ton.
Di sisi lain, Bayu menilai banjir yang menggenangi beberapa sentra produksi beras di Jawa Tengah tidak akan mempengaruhi performa panen secara nasional. Bayu menghitung total sentra sawah yang tergenang banjir pada akhir pekan lalu, Jumat (9/2), mencapai 4.000 hektar. Jika hasil panen per hektare mencapai 5 ton, maka beras yang terancam gagal panen mencapai 20.000 ton.
Bayu menilai, angka tersebut cukup signifikan bagi para petani padi di daerah tersebut. Namin, masih dapat dikendalikan dalam skala nasional. "Kalau secara nasional masih bisa dikendalikan karena Bulog punya stok hampir 1,2 juta ton," ujarnya.
Bayu menjelaskan, stok Bulog tersebut seluruhnya berasal dari impor lantaran Bulog tidak mampu menyerap beras lokal. Sebab, Harga Pembelian Pemerintah atau HPP gabah yang harus dipatuhi bulog adalah Rp 5.000 per kg, sementara harga gabah di petani kini mencapai Rp 8.000 per kg.
Ia telah mengimpor 3 juta ton beras pada tahun lalu dari kuota sejumlah 3,5 juta ton. Pada tahun ini, Bayu mencatat mendapatkan kuota impor beras hingga 2,5 juta ton dengan rincian kuota carry-over 2023 sejumlah 500.000 ton dan kuota tahun ini 2 juta ton.
Bayu mencatat, total beras impor yang tiba di dalam negeri secara tahun berjalan adalah 1 juta ton dengan rincian 500.000 ton dari kuota carry-over 2023 dan 500.000 ton dari kuota tahun ini.