Alasan Pemerintah Tambah Penerima Bantuan Pangan: Harga Beras Naik

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/tom.
Ilustrasi. Bantuan pangan beras pada tahun lalu hanya diberikan pada masyarakat miskin ekstrem, miskin, dan setengah miskin.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
19/2/2024, 18.29 WIB

Pemerintah menambah jumlah penerima bantuan pangan beras sebesar 8% menjadi 22 juta keluarga penerima manfaat. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan penerima bantuan pangan bertambah karena perluasan kategori penerima, yakni masyarakat hampir miskin untuk mengantisipasi harga beras yang naik.

Muhadjir menjelaskan bantuan pangan tahun lalu hanya diberikan pada masyarakat miskin ekstrem, miskin, dan setengah miskin. Sementara data yang digunakan saat ini lebih rinci atau hingga 40 desil pendapatan.

"Oleh karena itu, cakupan Keluarga Penerima Manfaat bantuan pangan tahun ini cakupannya mencapai 22 juta orang," kata Muhadjir di kantornya, Senin (19/2).

Muhadjir menjelaskan, alasan penambahan kategori tersebut adalah mengantisipasi kenaikan harga beras di pasar. Badan Pangan Nasional mendata, rata-rata nasional harga beras premium telah mencapai Rp 16.090 per kg hari ini, Senin (19/2), sedangkan beras medium Rp 14.060 per kg.

Rata-rata nasional harga beras premium telah naik Rp 1.150 per kg sepanjang tahun ini atau dalam 50 hari terakhir, sedangkan beras medium naik Rp 940 per kg. "Kenaikan harga pangan di sebagian daerah sudah dalam posisi Rp 19.000 per kg," katanya.

Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi sebelumnya mengatakan, bantuan pangan dan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan atau SPHP telah berhasil meredam inflasi beras pada tahun lalu. Namun, bantuan pangan pada Januari 2024 belum berjalan penuh lantaran terkendala proses verifikasi.

Bayu menjelaskan, hal tersebut wajar karena pemutakhiran data penerima bantuan pangan. Walau demikian, dia menekankan bahwa proses belum berjalan sepenuhnya karena bukan disebabkan bantuan pangan tetapi harga beras konsisten naik sepanjang awal 2024.

"Faktor utama kenaikan harga beras masih sama, yakni keterlambatan tanam yang berakibat keterlambatan panen dan produksi," kata Bayu kepada Katadata.co.id, Senin (29/1).

Bayu mencatat, neraca beras nasional akan defisit hingga 2,7 juta ton pada Januari-Februari 2024. Oleh karena itu, pihaknya berencana untuk mempercepat proses verifikasi data untuk merampingkannya pada akhir Januari 2024.

Ia mengatakan, penyaluran bantuan pangan akan tersalurkan seluruhnya paling lambat pada minggu ke-2 Februari 2024. Pada saat yang sama, Bayu mendata volume beras SPHP yang telah disalurkan naik 120% secara tahunan pada bulan ini.

Berdasarkan data Bulog, volume beras SPHP yang sudah disalurkan mencapai 110.000 ton pada 1 sampai 25 Januari 2024. Ia mencatat, penyaluran beras SPHP pada 2023 mencapai 80.000 ton per bulan.

"Jika bantuan pangan dan SPHP berjalan penuh diharapkan akan mampu meredam kenaikan dan inflasi harga beras. Namun penurunan harga sangat tergantung pada kondisi panen yang diperkirakan mulai meningkat pada Mei 2024," ujarnya.

Bapanas mendata harga beras konsisten tumbuh memasuki minggu keempat Februari 2024. Harga beras premium terendah hari ini adalah Rp 14.600 di DI Aceh, sedangkan harga beras medium terendah yakni Rp 11.800 per kg di Papua Selatan.

Harga terendah beras premium dan beras medium saat ini masih lebih tinggi dari Harga Eceran Tertinggi pemerintah. Untuk diketahui, HET beras premium adalah Rp 13.900 sampai Rp 14.800 per kg tergantung wilayah, sedangkan HET beras medium adalah Rp 10.900 sampai Rp 11.800 per kg. 

Reporter: Andi M. Arief