Mentan: Produksi Beras akan Dimaksimalkan pada Semester II 2024

ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/tom.
Ilustrasi. Bapanas memprediksi, produksi beras per Maret 2024 susut 31,77% secara tahunan menjadi sekitar 3,5 juta ton.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
19/2/2024, 18.48 WIB

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, produksi beras nasional akan fokus digenjot pada paruh kedua 2024. Amran mengakui volume panen pada akhir kuartal pertama tahun ini belum akan maksimal

Badan Pangan Nasional atau Bapanas berharap produksi beras Maret-April 2024 mencapai 5 juta ton. Adapun produksi beras pada Maret-April 2024 diperkirakan susut hingga 43,11% dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu sejumlah 8,79 juta ton.

"Penurunan itu karena El Nino yang memundurkan masa tanam padi tahun ini," kata Amran di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Senin (19/2).

Bapanas memprediksi, produksi beras per Maret 2024 susut 31,77% secara tahunan menjadi sekitar 3,5 juta ton. Alhasil, produksi beras April 2024 diproyeksi lebih rendah hampir 60% dari realisasi April 2023 sejumlah 3,66 juta ton menjadi sekitar 1,5 juta ton.

Sementara itu, tingkat konsumsi beras secara bulanan bergerak antara 2,54 sampai 2,56 juta ton. Konsumsi beras pada Maret-April 2023 adalah 5,09 juta ton. Sementara itu, Arief menyampaikan stok beras Bulog saat ini adalah 1,4 juta ton.

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi sebelumnya mengatakan, perubahan iklim telah mempengaruhi proses panen padi di dalam negeri. Walau demikian, Bayu menilai banjir yang melanda beberapa sentra produksi beras di Jawa Tengah tidak terlalu berdampak pada produksi beras nasional.

Bayu menyampaikan, curah hujan yang tidak menentu membuat proses pengeringan gabah terhambat. Bayu mencatat 95% gabah di dalam negeri masih dikeringkan menggunakan cahaya matahari.

Adapun gabah yang telah terguyur hujan tidak bisa langsung dikeringkan dengan mesin pengering gabah. Sebab, proses tersebut justru dapat membuat gabah pecah dan membuat beras di proses akhir berwarna kuning.

"Saat ini, proses panen kita terlambat karena sebentar hujan, sebentar tidak, lalu hujan lagi. Hal tersebut membuat petani dan penggilingan padi sakit kepala," kata Bayu di kantornya, Selasa (13/2).

Walau demikian, Bayu menilai banjir yang menggenangi beberapa sentra produksi beras di Jawa Tengah tidak akan mempengaruhi performa panen secara nasional. Bayu menghitung total sentra sawah yang tergenang banjir pada akhir pekan lalu, Jumat (9/2), mencapai 4.000 hektar.

Jika hasil panen per hektar di daerah tersebut 5 ton, total beras yang terancam gagal panen mencapai 20.000 ton. Bayu menilai angka tersebut cukup signifikan bagi para petani padi di daerah tersebut.

"Akan tetapi, kalau secara nasional masih bisa dikendalikan karena Bulog punya stok hampir 1,2 juta ton," ujarnya.

Reporter: Andi M. Arief