Biaya Produksi Naik, Daging Sapi Bisa Tembus Rp 145 Ribu saat Ramadan

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.
Calon pembeli memilih daging sapi di Pasar Minggu, Jakarta. Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia atau PPSKI memproyeksikan harga daging sapi menembus Rp 145 ribu per kg pada Ramadan tahun ini.
Penulis: Andi M. Arief
23/2/2024, 07.28 WIB

Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia atau PPSKI memproyeksikan harga daging sapi menembus Rp 145.000 per kg saat Ramadan 2024. Angka tersebut dinilai normal akibat peningkatan biaya produksi pada 2023.

Ketua Umum PPSKI Nanang P Subendero mengatakan peningkatan biaya produksi tersebut disebabkan oleh wabah Penyakit Mulut dan Kuku atau PMK yang merebak pada 2022. Menurutnya, wabah tersebut membuat harga daging sapi jatuh, namun biaya produksi para peternak tetap tumbuh.

"Kalkulasi kami rata-rata peternak menengah mengalami penurunan modal sampai 30%. Selain itu, sapi yang harusnya bisa dijual tidak dapat diserap oleh pasar dan membuat biaya perawatan ternak tumbuh," kata Nanang kepada Katadata.co.id, Kamis (22/2).

Nanang menyampaikan peternak sapi saat ini tidak mendapatkan keuntungan dengan harga daging sapi di tingkat peternak senilai Rp 46.000 per kg. Menurutnya, harga daging sapi akan terus naik menjadi Rp 50.000 per kg di tingkat peternak atau Rp 145.000 di tingkat konsumen pada Ramadan 2024.

Seperti diketahui, harga daging sapi umumnya akan susut setelah Ramadan setiap tahunnya. Namun Nanang menilai, harga daging sapi akan terus tumbuh pada tahun ini. Sebab, Nanang mendata neraca daging sapi nasional saat ini dalam kondisi defisit.

Nanang mendata jumlah populasi sapi ternak di dalam negeri hanya 11,3 juta ekor pada akhir 2023. Angka tersebut jauh lebih rendah dari angka patokan pemerintah sebelumnya yang mencapai 18 juta ekor. Oleh karena itu, defisit daging sapi nasional tahun ini diperkirakan melebar lebih dari 30% dari sekitar 270.000 ton per tahun menjadi 400.000 ton per tahun.

"Logikanya, semestinya tidak ada banjir daging sapi lagi di dalam negeri. Oleh karena itu, harga yang terbentuk pada Lebaran 2024 tidak akan serta merta segera turun," ujarnya.

Walau demikian, Nanang berharap pemerintah tidak membuka lebar keran impor daging. Menurutnya, para peternak telah gagal memetik keuntungan wajar saat Ramadan selama beberapa tahun terakhir.

Nanang mengatakan pemerintah seharusnya tidak membuka keran impor lantaran konsumen daging sapi di dalam negeri notabenenya konsumen menengah ke atas. Dengan kata lain, konsumen di dalam negeri umumnya dinilai memiliki daya beli yang cukup untuk mengonsumsi daging sapi.

"Dalam pangan kami, pemerintah sejauh ini lebih berpihak pada konsumen. Sementara itu, peternak rakyat justru tidak bisa mengandalkan hidupnya dari usahanya beternak sapi," ujarnya.

Badan Pangan Nasional mendata rata-rata nasional harga daging sapi murni mencapai Rp 134.420 per kg hari ini, Kamis (22/2). Harga daging sapi tertinggi ditemukan di Kalimantan Utara yang mencapai Rp 163.700 per kg, sedangkan terendah di Nusa Tenggara Timur senilai Rp 113.480 per kg.

Seperti diketahui, pemerintah berencana mengimpor 150.000 ton daging kerbau dari India tahun ini. Angka tersebut naik 50% dari capaian impor daging kerbau dari India pada tahun lalu sejumlah 100.000 ton.

Sebelumnya, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, impor daging kerbau dari India bertujuan untuk memperkuat stok dan harga daging di dalam negeri. Menurutnya, stabilisasi harga daging di pasar lokal membutuhkan dukungan negara sahabat. Ia menekankan, pasokan daging di dalam negeri harus berasal dari sumber terbaik dengan harga kompetitif.

Reporter: Andi M. Arief