Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) mendorong agar Indonesia menjadi pusat pengembangan produksi furnitur di dunia. Hal ini disampaikan dalam rapat umum tahunan Dewan Asosiasi Furnitur Asia atau Council of Asia Furniture Association (CAFA) yang ke-25, 27 ─28 Februari 2024 di Hotel Vivere, Tangerang, Banten.
Ketua Umum Asmindo Dedy Rochimat mengatakan, Indonesia memiliki segudang potensi untuk menjadi pusat pengembangan sekaligus produksi furnitur di dunia. Potensi itu yakni kekayaan alam yang melimpah dan budaya yang kaya, sehingga desain furnitur Indonesia kerap memiliki basis kearifan lokal yang unik.
“Potensi ini perlu dikembangkan dan bersinergi dengan semua pemangku kepentingan di dalam negeri, dan kolaborasi internasional yang saling menguntungkan,” ujar Rochimat dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (28/2).
Selain itu, kata Rochimat, Indonesia adalah negara penghasil rotan terbesar dan terbaik di dunia. Pemanfaatan rotan secara optimal dapat meningkatkan kontribusi furnitur untuk devisa negara, sekaligus kesejahteraan masyarakat.
“Indonesia juga menjadi negara dengan kekayaan bambu terbesar ketiga di dunia. Semua potensi ini perlu segera dimanfaatkan dan dikembangkan,” kata dia.
Rochimat menambahkan, saat ini kawasan Asia menjadi pendorong utama pertumbuhan pasar furnitur. Permintaan furnitur di Asia diperkirakan mencapai US$179,20 miliar pada 2024. Sebanyak US$9,37 miliar di antaranya disumbang oleh permintaan furnitur ramah lingkungan.
Terkini, pertumbuhan permintaan terhadap furnitur ramah lingkungan mencapai 8,6%, dua kali lipat dibanding pertumbuhan furnitur secara keseluruhan yang hanya 4,3%.
“Pertumbuhan permintaan furnitur ramah lingkungan harus kita respons secara bersama-sama, dengan membangun pusat-pusat riset dan produksi furnitur ramah lingkungan di kawasan-kawasan industri, termasuk di Indonesia,” lanjut Rochimat.
Sejauh ini, kata dia, terdapat target nilai ekspor furnitur dan kerajinan ke pasar global sebesar 1% dari pasar dunia, atau sekitar US$7 miliar per tahun dalam beberapa tahun ke depan. Diperlukan sinergi dan kolaborasi semua pemangku kepentingan untuk mewujudkannya.
“Stakeholder itu baik kementerian terkait, industri furnitur dan kerajinan, penghasil kayu bakar, desainer dan lembaga pendidikan yang menghasilkan SDM unggul di bidang furnitur dan kerajinan,” tandas Rochimat.