Mentan: Anggaran Tambahan Subsidi Pupuk Rp 14 T Belum Cair

ANTARA FOTO/Yudi/nym.
Ilustrasi. Pemerintah menetapkan anggaran pupuk bersubsidi tahun anggaran 2023 adalah 4,73 juta ton senilai Rp 26 triliun.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
13/3/2024, 16.06 WIB

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebut, tambahan anggaran pupuk bersubsidi tahun ini senilai Rp 14 triliun belum cair.  Namun, ia berharap anggaran tersebut dapat cair sebelum Lebaran. 

Amran mengatakan, Kementerian Keuangan belum menerbitkan Surat Keputusan atau SK penambahan anggaran tersebut. Walau demikian, ia menekankan penambahan anggaran tersebut sudah disetujui dalam rapat koordinasi tingkat menteri dan rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo.

Ia juga mencatat Kepala Negara telah mengumumkan penambahan anggaran tersebut secara publik pada dua kesempatan yang berbeda.

Pemerintah menetapkan anggaran pupuk bersubsidi tahun anggaran 2023 adalah 4,73 juta ton senilai Rp 26 triliun. Penambahan anggaran tersebut membuat total anggaran pupuk bersubsidi tahun ini senilai Rp 40 triliun atau setara dengan 9,55 juta ton pupuk.

Meski demikian Amran mengatakan belum terbitnya SK penambahan anggaran tersebut membuat pemerintah pusat belum dapat menginstruksikan peningkatan produksi ke pemerintah daerah.

"Kalau kami bersurat ke bupati dan gubernur terkait penambahan konsumsi pupuk bersubsidi, itu bisa bermasalah hukum. Namin kami akan kejar ini karena jumlah petani di dalam negeri mencapai 100 juta orang," ujarnya di Gedung DPR, Rabu (13/3).

Alokasi anggaran subsidi pupuk tidak berubah hingga tahun lalu atau sekitar Rp 26 triliun. Namun. volume pupuk subsidi konsisten menyusut sejak 2019 sampai tahun ini menjadi 4,73 juta ton.

Pada 2018, volume subsidi pupuk mencapai 9,55 juta ton dengan empat jenis pupuk. Capaian tersebut susut menjadi 6,13 juta ton pada 2023 dengan dua jenis pupuk.

Amran menilai peningkatan pupuk subsidi tersebut penting mengingat peningkatan harga pupuk. Amran mencatat bahan baku pupuk kini telah naik 230% secara tahunan.

"Harga bahan baku pupuk naik karena perang antara Rusia dan Ukraina sejak 2022," kata Amran.

Ia menilai, berkurangnya volume produksi padi berkorelasi langsung dengan pengurangan pupuk subsidi. Amran memaparkan produksi beras nasional turun dari capaian 2018 sejumlah 34 juta ton menjadi 31 juta ton pada 2019-2023.

Amran mengatakan, kondisi pengurangan volume pupuk bersubsidi diperburuk dengan berkurangnya jenis pupuk bersubsidi. Pemerintah mendistribusikan empat jenis pupuk bersubsidi pada 2018, yakni urea, NPK, SP-36, dan ZA. Jenis pupuk tersebut kini berkurang menjadi hanya urea dan NPK.

"Langkah paling ekstrem adalah menghilangkan pupuk SP-36 dari pupuk bersubsidi, ini tidak pernah terjadi di dunia pertanian," ujarnya.

Reporter: Andi M. Arief