Kemendag soal Harga Minyak Goreng Tinggi: Gara-gara Ekspor CPO Lesu

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Pedagang menunjukan minyak goreng rakyat MinyaKita yang mulai langka dipasaran di Pasar Mampang, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Pemerintah berencana melakukan penyesuaian harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng rakyat MinyaKita dari Rp14 000 menjadi Rp15.000 per liter, namun Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan rencana penyesuaian HET MinyaKita itu belum mencapai keputusan dan perlu dibahas lebih lanjut dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
14/3/2024, 15.25 WIB

Kementerian Perdagangan menyebut penyebab kenaikan harga Minyakita di dalam negeri adalah melemahnya performa ekspor minyak sawit mentah atau CPO. Pelemahan ekspor CPO berdampak pada minyak goreng hasil kebijakan kewajiban pasar domestik atau DMO.

Eksportir wajib menyetor minyak goreng ke pemerintah sebagai syarat penerbitan Perizinan Impor. Minyak goreng tersebut dikelola pemerintah dan dipasarkan dalam bentuk minyak goreng curah atau berbentuk minyak goreng kemasan sederhana bermerek Minyakita.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim mengatakan, pelemahan ekspor tersebut disebabkan oleh menurunnya harga komoditas pasar global. Isy memaparkan pelemahan ekspor ditunjukkan dari belum terpakainya AHK atau dokumen pelengkap ekspor sejumlah 5,9 juta ton hingga Februari 2024.

Oleh karena itu, Isy mengatakan para eksportir CPO cenderung menjual produknya ke dalam negeri sejak akhir 2023.

"Bentuk CPO yang dijual ke dalam negeri tersebut adalah minyak goreng premium dan second brand. Jadi, minyak goreng itu tidak langka, tapi harganya naik karena dipenuhi minyak goreng premium dan second brand," kata Isy di Pasar Tanah Abang, Kamis (14/3).

Isy menjelaskan, minyak goreng second brand adalah produk produsen minyak goreng premium yang tidak terlalu terkenal. Isy mencontohkan PT Bina Karya Prima yang memproduksi minyak goreng Tropical memiliki tiga merek lainnya dalam bentuk second brand, yakni Fitri, Hemart, dan FraisWell.

Kemendag mendata harga Minyakita secara nasional naik Rp 200 per liter dalam 30 hari terakhir menjadi Rp 15.600 per liter hari ini, Kamis (14/3). Pada saat yang sama, harga minyak goreng premium stabil senilai Rp 21.000 per liter.

Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, rata-rata nasional harga minyak goreng curah konsisten tumbuh sejak akhir 2023 menjadi Rp 15.650 per liter hari ini, Kamis (14/3). Senada, harga minyak goreng kemasan sederhana naik Rp 410 per liter secara tahun berjalan menjadi Rp 17.670 per kg.

Oleh karena itu, Isy menekankan pasokan minyak goreng di dalam negeri terjaga, walaupun harganya mulai menanjak. Isy menilai peningkatan harga tersebut juga disebabkan perubahan komposisi produk minyak goreng di dalam negeri.

Menurutnya, komposisi minyak goreng nasional pada 2019 didominasi minyak goreng curah sekitar 60%, lalu minyak goreng premium sebesar 24%, dan minyak goreng kemasan sederhana sekitar 12%. Isy mengatakan saat ini komposisi produk minyak goreng didominasi minyak goreng kemasan sederhana hingga 40%.

Isy menyampaikan perubahan komposisi tersebut didorong oleh produksi Minyakita di dalam negeri. Pada saat yang sama, ia mencatat realisasi DMO pada Februari 2024 hanya 41% dari target sejumlah 300.000 ton per bulan.

Dengan kata lain, minyak goreng DMO yang dikelola pemerintah pada bulan lalu hanya 123.000 ton. Angka tersebut susu dari capaian Januari 2024 sebesar 70% atau sekitar 210.000 ton.

Isy mencatat total kebutuhan minyak goreng oleh rumah tangga adalah 230.000 ton per bulan. Menurutnya, target 300.000 ton per bulan ditentukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan usaha mikro dan kecil.

"Realisasi DMO 41% sebenarnya tidak bisa dibilang pasokan minyak goreng di dalam negeri langka. Sebab, kebutuhan untuk rumah tangga masih relatif aman karena masih dipasok minyak goreng premium," katanya.

Reporter: Andi M. Arief