Kementerian Perdagangan atau Kemendag menyatakan Harga Eceran Tertinggi minyak goreng perlu dievaluasi imbas kenaikan biaya produksi minyak goreng. Penyesuaian HET minyak goreng dinilai perlu agar kebijakan kewajiban pasar domestik atau DMO bisa dilanjutkan.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim mengatakan, produksi minyak goreng curah atau olein kini mencapai Rp 12.000 per liter. Angka tersebut lebih tinggi dari ketentuan harga olein dalam kebijakan DMO sekitar Rp 11.000 per liter yang ditetapkan pada 2022.
"Harga produksi minyak goreng curah saat ini ditambah pengemasan, pajal, dan lainnya bisa membuat harga Minyakita hampir Rp 17.000 per liter. Kalau Minyakita dijual dengan kebijakan DMO, paling tinggi Rp 15.000 per liter," kata Isy di Pasar Tanah Abang, Kamis (14/3).
Isy menjelaskan, harga Minyakita saat ini sebesar Rp 17.000 per liter tanpa kebijakan DMO. Berdasarkan data Kemendag, harga Minyakita telah menembus Rp 15.000 per liter sejak awal tahun ini.
Oleh karena itu, ia mengatakan, kebijakan DMO membantu pemerintah menekan harga minyak goreng tanpa biaya. Kebijakan DMO adalah aturan yang memberikan insentif pada produsen dalam bentuk volume hak ekspor.
Kemendag mendata harga Minyakita secara nasional naik Rp 200 per liter dalam 30 hari terakhir menjadi Rp 15.600 per liter hari ini, Kamis (14/3). Pada saat yang sama, harga minyak goreng premium stabil senilai Rp 21.000 per liter.
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, rata-rata nasional harga minyak goreng curah konsisten tumbuh sejak akhir 2023 menjadi Rp 15.650 per liter hari ini, Kamis (14/3). Di sisi lain, harga minyak goreng kemasan sederhana naik Rp 410 per liter secara tahun berjalan menjadi Rp 17.670 per kg.
Pada saat yang sama, ia mengatakan pencapaian target DMO mulai susut sejak awal tahun ini, yakni 70% pada Januari 2024 dan 41% pada bulan lalu. Target DMO sejauh ini adalah 300.000 ton per bulan.
Isy menekankan, pasokan minyak goreng di dalam negeri terjaga meski harganya mulai menanjak. Ia menilai, peningkatan harga tersebut juga disebabkan perubahan komposisi produk minyak goreng di dalam negeri.
Menurutnya, komposisi minyak goreng nasional pada 2019 didominasi minyak goreng curah sekitar 60%, minyak goreng premium sebesar 24%, dan minyak goreng kemasan sederhana sekitar 12%. Isy mengatakan, komposisi produk minyak goreng saat ini didominasi minyak goreng kemasan sederhana hingga 40%.
Menurut dia, perubahan komposisi tersebut didorong oleh produksi Minyakita di dalam negeri. Isy mencatat, realisasi DMO pada Februari 2024 hanya 41% dari target sebesar 300.000 ton per bulan.
Kemendag mencatat, minyak goreng DMO yang dikelola pemerintah pada bulan lalu hanya 123.000 ton. Angka tersebut susut dari capaian Januari 2024 sebesar 70% atau sekitar 210.000 ton.
Isy mencatat total kebutuhan minyak goreng oleh rumah tangga adalah 230.000 ton per bulan. Menurutnya, target 300.000 ton per bulan ditentukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan usaha mikro dan kecil.
"Realisasi DMO 41% sebenarnya tidak bisa dibilang pasokan minyak goreng di dalam negeri langka. Sebab, kebutuhan untuk rumah tangga masih relatif aman karena masih dipasok minyak goreng premium," katanya.