Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menargetkan, total investasi di industri logam dasar mencapai US$ 340,6 miliar atau setara Rp 5.353 triliun hingga 2029. Pemerintah memproyeksikan total investasi industri tersebut mencapai Rp 167 triliun pada 2025.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin Taufiek Bawazier mencatat, potensi investasi mineral terbesar adalah industri pengolahan bauksit yang mencapai US$ 270,3 miliar atau setara Rp 4.248 triliun.
"Kami sudah melihat target investasi industri pengolahan mineral ke depan ini sangat tinggi untuk masuk program hilirisasi," kata Taufiek di rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR, Selasa (19/3).
Taufiek menjelaskan, ada tiga proyek yang bisa dikembangkan dari investasi bauksit, yakni pengembangan smelter grade alumina, pembuatan fasilitas produksi ingot aluminium, dan aluminium ekstrusi.
Ia memaparkan potensi investasi terbesar selanjutnya akan datang dari industri pengolahan nikel senilai US$ 51,7 miliar. Seluruh investasi tersebut diarahkan untuk mengembangkan produk nikel kelas I dan olahan nikel lanjutan.
Menurut dia, setidaknya ada lima jenis produk yang dapat dikembangkan melalui investasi tersebut, yakniMixed Nickel-Cobalt Hydroxide Precipitate, Nickel Matte, Nickel Plate, Nickel Sulphate, dan Cobalt Sulphate.
Taufiek juga mencanangkan investasi industri pengolahan tembaga hingga US$ 18,6 miliar. Dana segar tersebut direncanakan untuk mengembangkan katoda tembaga, copper rod, dan copper wire.
Taufiek menilai pemerintah harus mengalihkan investasi ke industri mineral sesuai dengan pohon industri. Menurutnya, hal tersebut penting agar hilirisasi di industri mineral dapat berlangsung secara utuh.
"Arah investasi ini harus dijadikan ketetapan semua pemangku kepentingan. Jadi, kalau ada investasi masuk, maka BKPM mengiring investasi itu masuk ke bagian pohon industri yang kosong," katanya.
Ia menilai, investasi di industri hulu pengolahan mineral saat ini cukup jenuh. Taufiek pun menyarankan pemerintah untuk mengarahkan investasi di industri hilir pengolahan mineral.
Taufiek menemukan beberapa produk hilir mineral di dalam negeri masih defisit, seperti baja canai panas, baja canai dingin, hingga peralatan makan.
"Sebaiknya pemerintah menyuguhkan satu kue yang namanya pohon industri pada para investor. Secara teknokratik, itu hilirisasi yang maju dan kuat secara fundamental," ujarnya.