Kementerian Ketenagakerjaan atau Kemenaker mengaku menerima sejumlah perusahaan yang berkonsultasi terkait rencana untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK pada Ramadan 2024 Namun, Kemanaker meminta perusahaan-perusahaan itu agar menunda rencana tersebut.
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kemenaker Indah Anggoro Putri mengaku telah menerima beberapa perusahaan untuk konsultasi mengenai PHK. Indah secara tegas melarang perusahaan tersebut untuk melakukan PHK pada bulan ini agar karyawan tetap dapat memperoleh THR.
"Kami mendorong untuk menunda agar tidak ada PHK pada bulan ini, dan mudah-mudahan tidak ada PHK selanjutnya. Sedikit perusahaan yang berkonsultasi, tidak sampai lima perusahaan," kata Indah di Gedung Vokasi Kemenaker, Kamis (4/4).
Indah tidak menjelaskan lebih lanjut perusahaan tersebut dari sektor mana saja maupun jumlah tenaga kerja yang akan di-PHK. Berdasarkan data Kemenaker, total tenaga kerja yang terkena PHK sepanjang 2023 mencapai 359.858 orang. PHK terbesar terjadi pada Desember 2023 yang mencapai 18,02% dari total PHK atau 64.885 orang.
Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah PHK terbanyak yang mencapai hampir 35% dari total PHK atau sejumlah 125.743 orang. Capaian tersebut diikuti Jawa Tengah dengan total PHK senilai 69.286 orang.
Pada Januari 2024, jumlah tenaga kerja yang terkena PHK naik 16,22% secara tahunan menjadi 3.332 orang. Sementara itu, total perselisihan PHK hingga Februari 2024 sejumlah 411 kasus dengan 307 kasus tercatat telah diselesaikan secara bipartit dan mediasi.
Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia Bob Azam mengatakan, PHK massal tersebut didorong oleh dua industri, Tekstil dan Produk Tekstil atau TPT dan alas kaki. Menurutnya, kedua industri tersebut menjadi yang paling terpukul akibat pelemahan permintaan di Benua Eropa.
Bob mencatat, pelemahan permintaan dari Benua Biru membuat perusahaan TPT dan alas kaki berorientasi ekspor turun hingga 50%. Namun Bob menyampaikan perusahaan TPT dan alas kaki yang fokus pada pasar Asia masih dapat bertahan.
Provinsi lain yang mengandalkan industri ekspor lainnya adalah Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah. Produk andalan Kalimantan Timur di pasar ekspor adalah batu bara, sedangkan Sulawesi Tengah adalah baja nirkarat.