Rupiah Menguat ke 16.181 per US$, Tapi Masih Berpotensi Longsor Lagi

ANTARA FOTO/Mecca Yumna/Ak/Spt.
Ilustrasi. Rupiah menguat usai anjlok dalam dua hari pertama perdagangan usai Lebaran tetapi masih berpotensi kembali melemah.
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Agustiyanti
18/4/2024, 09.41 WIB

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat 0,24% ke level 16.181 per dolar AS pada perdagangan Kamis (18/4). Rupiah menguat usai anjlok dalam dua hari pertama perdagangan usai Lebaran tetapi masih berpotensi kembali melemah. 

Mengutip Bloomber, mayoritas mata uang Asia juga menguat terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia menguat 0,14%, yuan Cina menguat 0,04%, peso Filipina menguat 0,23%, won Korea menguat 0,82%, dolar Singapura menguat 0,05% dan yen Jepang menguat 0,10%.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai rupiah masih berpotensi kembali melemah hari ini meski dibuka menguat. Pasar masih mewaspadai eskalasi konflik di Timur Tengah dan sinyal bank sentral AS, The Federal Reserve yang mungkin menunda kenaikan suku bunga acuannya karena inflasi AS sulit turun.

Yield obligasi pemerintah Indonesia bergerak naik tajam pada perdagangan kemarin. Yield tenor 1 tahun naik dari 6,4% ke 6,83%, dan tenor 10 tahun dari 6,93 ke 7,03%,” ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis (18/4).

Menurut dia, kenaikan yield ini bisa mengindikasikan tekanan jual yang tinggi keluar dari pasar obligasi Indonesia dan memberikan tekanan ke rupiah.

“Tapi di sisi lain, indeks dollar AS pagi ini terlihat sudah bergerak turun dari 106,2 ke kisaran 105,9. Konsolidasi dollar AS Ini bisa membantu rupiah tidak melemah terlalu jauh hari ini,” ujarnya.

Ia memperkirakan rupiah hari ini melemah ke arah 16.250 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran 16.180 per dolar AS. 

Sementara itu, snalis pasar uang, Lukman Leong menjelaskan, rupiah menguat pada pada perdagangan pagi ini  setelah dolar AS dan imbal hasil obligasi AS terkoreksi turun. Ia melihat rupiah berpeluang menguat sepanjang hari ini dan bergeran di antara  16.150-16.250 per dolar  AS. 

“Koreksi ini murni aksi profit taking dari kenaikan yang sangat besar sepekan ini,” ujar Lukman kepada Katadata, Kamis (18/4).

Reporter: Zahwa Madjid