Perundingan Dagang Indonesia dan Tunisia Ditargetkan Rampung Tahun Ini

ANTARA FOTO/Andry Denisah/Spt.
Ilustrasi ekspor dan impor
Penulis: Safrezi Fitra
21/4/2024, 09.01 WIB

Indonesia dan Tunisia akan segera menuntaskan Perundingan Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) pada tahun ini. Hingga Pertemuan Intersesi ke-6 Perundingan IT-PTA pada 17—19 April 2024 di Tangerang, Banten, sebagian besar bab yang dibahas dalam perundingan ini telah selesai.

Pada pertemuan ini, Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Perundingan Bilateral, Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Johni Martha. Sedangkan, Delegasi Tunisia dipimpin Director General of Economic and Commercial Cooperation at the Ministry of Trade and Export Development of the Republic of Tunisia, Lazhar Bannour.

“Kedua pihak memiliki semangat yang sama untuk segera menyelesaikan perundingan IT-PTA pada pertengahan tahun ini. Oleh karena itu, dalam proses perundingan kedua pihak selalu berupaya untuk bersikap pragmatis dan fleksibel guna mendorong tercapainya kesepakatan,”ujar Johni keterangan resminya, Sabtu (20/4).

Pada pertemuan kali ini, kata Johni, kedua pihak berhasil menuntaskan seluruh pembahasan IT-PTA, termasuk artikel mengenai imbal dagang dan transposisi.

Kedua pihak menyepakati imbal dagang (counter trade) sebagai alternatif mekanisme pembayaran yang diharapkan dapat mendorong peningkatan perdagangan bilateral kedua negara.

Selain itu, kedua pihak juga telah menyepakati sebagian besar teks atau sebanyak 27 dari 31 pasal mengenai Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin). Terkait pembahasan akses pasar barang, kedua negara sepakat untuk mempertimbangkan kepentingan ekonomi sebagai upaya untuk meningkatkan manfaat ekonomi dan kinerja perdagangan bilateral. Keduanya berupaya lebih fleksibel dalam mengakomodasi kepentingan masing-masing.

Menurut Johni, penandatanganan IT-PTA akan menjadi tonggak sejarah baru sebagai persetujuan perdagangan preferensi pertama di Kawasan Afrika bagian Utara. "Hal inisekaligus menjadikan Tunisia sebagai pintu masuk dan hub perdagangan di Kawasan Afrika bagian Utara dan Timur Tengah,”ujarnya.

Perundingan IT-PTA diluncurkan pada 25 Juni 2018. Perundingan ini telah dilaksanakan sebanyak delapan kali pertemuan yang terdiri atas tiga putaran perundingan dan lima pertemuan intersesi.

Pada 2023, total perdagangan kedua negara mencapai US$217,6 juta, naik 1,09 persen dibanding tahun sebelumnya US$ 215,3 juta. Pada 2023 tersebut, ekspor Indonesia ke Tunisia tercatat sebesar US$112,3 juta, turun 33,7 turun dibandingkan 2022 sebesar US$169,6 juta.

Komoditas ekspor utama Indonesia ke Tunisia, yaitu minyak sawit, kopra, kendaraan bermotor, benang filamen sintetis, serta barang berbahan kulit samak atau dari kulit komposisi.

Sedangkan, impor Indonesia dari Tunisia pada 2023 tercatat sebesar US$105,3 juta atau meningkat 130,5 persen dibandingkan 2022 yang tercatat US$ 45,7 juta. Komoditas impor utama Indonesia dari Tunisia, yaitu krustasea, kurma, aluminium, peralatan listrik, dan jas pria.