Luhut: RI akan Gunakan Teknologi Cina untuk Tanam Padi hingga Durian

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/rwa.
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, Cina sudah setuju untuk membagikan teknologi kepada Indonesia untuk mengembangkan kelima bahan pangan.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
23/4/2024, 15.52 WIB

Pemerintah berencana mengembangkan produksi lima bahan pangan dengan Cina pada tahun ini. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan menyebut, kelima bahan pangan tersebut yakni padi, cabai keriting, bawang putih, durian, dan rumput laut.

Luhut menyampaikan rencana pengembangan lima bahan pangan dengan Cina merupakan hasil pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi pada Senin (22/4). Luhut mengatakan, bahan pangan pertama yang akan segera dikembangkan adalah padi.

"Saya sudah lapor presiden bahwa kami meminta Cina untuk memberikan teknologi produksi padi mereka karena mereka sudah sangat sukses hingga swasembada," kata Luhut dalam akun resminya yang dikutip Selasa (23/4).

Statista mendata tingkat konsumsi beras Cina pada 2023/2024 hampir 150 juta ton. Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat mendata volume produksi beras di Negeri Panda pada 2023/2024 mencapai 206,6 juta dengan produktivitas 7,1 ton per hektare.

Luhut mengatakan, pemerintah Cina telah bersedia memberikan teknologi produksi padinya untuk digunakan Indonesia. Luhut berencana mengimplementasikan teknologi tersebut di proyek lumbung pangan atau Food Estate Kalimantan Tengah.

Luas sawah di Food Estate Kalteng pada tahun lalu mencapai sekitar 60.000 hektare. Walau demikian, Luhut berencana menerapkan teknologi produksi dari Negeri Tirai Bambu pada lahan seluas 100.000 hektare di Kalimantan Tengah.

Ia berencana menjadikan Perum Bulog sebagai instansi yang menyerap seluruh hasil panen di wilayah tersebut. Implementasikan rencana tersebut akan dilakukan enam bulan ke depan atau sekitar kuartal terakhir tahun ini.

Luhut menargetkan proyek tersebut dapat membuat produksi beras dari Kalimantan Tengah mencapai 2 juta ton per masa tanam. Ia meyakini Indonesia dapat menjadi lumbung pangan dunia jika target tersebut terpenuhi.

"Masalah kita selalu soal beras, karena selalu impor sampai sekitar 2 juta ton per tahun lah. Menurut saya, program ini harus jalan," katanya.

Selain padi, Luhut berencana mengembangkan produksi cabai merah keriting dan bawang putih di Food Estate Humbang Hasundutan di Sumatra Utara. Ia mengklaim perkembangan proyek Food Estate Humbang Hasundutan telah baik. Namun Luhut mengaku belum puas dengan pengembangan food estate tersebut.

Oleh karena itu, Luhut akan mengawinkan hasil riset cabai keriting dan bawang putih dari Cina dengan periset lokal dalam mengemabngakna kedua komoditas tersebut di Food Estate Humbang Hasudutan. Luhut menekankan pengawinan tersebut harus memiliki andil perusahaan lokal.

Komoditas ketiga yang akan dikembangkan adalah Durian. Luhut menyampaikan, pengembangan komoditas tersebut penting untuk mengambil bagian dari nilai impor durian Cina senilai US$ miliar per tahun. Luhut menargetkan pengembangan durian di dalam negeri dapat meraup sekitar US$ 600 juta dari pasar durian di Cina.

Luhut menetapkan pengembangan durian akan dilakukan di Sulawesi Tengah dan Sumatra Utara. Ia menargetkan pengembangan durian di Sulawesi Tengah dapat menghasilkan durian ekspor senilai US$ 500 juta dan di Sumatra Utara sekitar US$ 100 juta.

Ia juga telah menjajaki kerja sama pengembangn rumput laut dengan Cina di dalam negeri. Luhut menyampaikan potensi lahan budidaya rumput laut di dalam negeri mencapai 2,5 juta hektar.

Menurutnya, hal tersebut menguntungkan lantaran 60% penduduk di dalam negeri tinggal di daerah pesisir. Alhasil, Luhut menilai proyek tersebut dapat membuat Indonesia sebagai negara produsen rumput laut terbesar dunia.

"Saya semalam sudah memberi tahu Wang Yi untuk mulai dengan 100.000 hektare. Ini dapat mempercepat proses tim teknis kami ayng mengerjakan ini yang sudah hampir setahun," ujarnya.


Reporter: Andi M. Arief