Stok Masih Cukup, Dampak Pelemahan Rupiah ke Manufaktur Masih Terbatas
Dampak pelemahan rupiah sejak April 2024 ke sektor manufaktur diperkirakan hanya terbatas. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan para pelaku industri masih memiliki stok bahan baku cukup besar.
"Bahan baku industri yang impor saat ini cukup kalau kami melihat data-datanya. Dari sisi industri tidak ada keluhan karena manajemen inventory-nya sudah bagus," kata Putu di Jakarta, Kamis (2/5).
Hal tersebut, ia mencontohkan, terlihat dari impor gula. Stok yang cukup membuat gula rafinasi saat ini lebih murah daripada gula konsumsi.
Kondisinya berbeda pada kuartal pertama 2024. Harga gula internasional naik karena India menutup keran ekspor. Dampaknya harga gula rafinasi sama dengan gula konsumsi.
Kesamaan harga tersebut mendorong pengusaha memilih gula konsumsi karena tidak perlu impor. Stok domestik menjadi berkurang, harga gula konsumsi pun tembus Rp 18 ribu per kilogram. Pemerintah akhirnya merelaksasi harga acuan pembelian (HAP) gula yang berlaku hingga 31 Mei 2024.
Momen HAP gula yang naik menjadi Rp 17.500 per kilogram itu bertepatan dengan pelemahan rupiah yang tembus Rp 16.200 per dolar Amerika Serikat. Untungnya, Putu menyebut, para pengusaha memiliki stok yang cukup sehingga harga gula rafinasi tidak ikut terkerek.
Sebagai informasi, kuota impor gula yang disetujui pemerintah saat ini seberat 708.609 ton. Angka ini setara 24,15% dari total kebutuhan domestik yang mencapai 2,93 juta ton.