Timah Kembali Dijual ke Luar Negeri, Ekspor Babel Naik Lebih 580%

123RF.com/Piotr Pawinski
Ilustrasi logam timah
Penulis: Sorta Tobing
3/5/2024, 11.14 WIB

Nilai ekspor timah dan nontimah Kepulauan Bangka Belitung pada April 2024 mencapai US$ 127,99 juta atau naik 582,26% dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan ini terjadi karena ekspor timah kembali berjalan pada bulan lalu.

"Peningkatan ekspor timah terjadi sejak Maret lalu, nilainya US$ 86,77 juta, dari bulan sebelumnya tidak ada kegiatan ekspor komoditas tersebut," ucap Kepala BPS Provinsi Kepulauan Babel Toto Haryanto Silitonga, di Pangkalpinang, Jumat (3/5).

Penjualan produk tambang itu terutama ke lima negara. "Sepanjang Januari hingga Maret ini sebanyak 19,21% dikirim ke Korea Selatan," katanya. 

Negara berikutnya adalah India dan Singapura. Kontribusinya masing-masing sebesar 16,85% dan 16,63%. Di urutan berikutnya adalah Jepang dan Belanda. 

"Lima negara utama tujuan ekspor timah ini berperan sebesar 73,26% terhadap total ekpor timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ke seluruh dunia," ujar Haryanto.

Secara kumulatif pada tiga bulan pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (c-to-c), terjadi kontraksi pertumbuhan ekspor ke lima negara terbesar tujuan timah. Korea Selatan terkontraksi hingga 40% dan Singapura 32%. "India merupakan negara dengan kontraksi terdalam hingga 50,64%," ucapnya. 

Ekspor Timah Sempat Anjlok

Ekspor timah Indonesia sempat anjlok pada dua bulan pertama tahun ini. Ada dua sebab utamanya, yaitu terganjalnya persetujuan rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB) dan kasus korupsi timah yang sedang berjalan di Kejaksaan Agung. 

“Indonesia saat ini sedang menurun ekspor timahnya karena pengaruh kasus dan pengetatan persetujuan RKAB yang membuat banyak perusahaan timah stuck untuk pengajuan izinnya,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) Harwendro Adityo Dewanto kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu.

 Keadaan tersebut lalu diperparah dengan penyitaan beberapa pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) yang terkait kasus korupsi. Beberapa pabrik terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK karyawan. 

“Banyak smelter  disita Kejaksaan Agung. Perusahaan ini memiliki jumlah karyawan hingga ribuan karena smelter besar dan existing cukup lama," ujar pria yang akrab disapa Didit itu.

Seluruh masalah itu membuat kinerja ekspor timah anjlok. Padahal, Indonesia merupakan produsen timah terbesar kedua di dunia dan permintaan produk tambang itu sedang tinggi secara global. "Saat ini dunia membutuhkan timah kita (Indonesia)," kata Didit. 

 

Reporter: Antara