Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan perlu ada intervensi pemerintah untuk meningkatkan partisipasi swasta dalam pembangunan infrastruktur sumber daya air. Sebab, tingginya biaya investasi membuat pengembalian investasi tidak menarik.
Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kadin Indonesia Bobby Gafur Umar mendorong pemerintah untuk mengintervensi pendanaan dari sisi perbankan. Menurutnya, investasi pada infrastruktur bidang sumber daya air dapat menarik jika bunga kredit investasi dapat ditekan.
"Masalah pengembalian investasi bisa dijawab kalau ada pendanaan dengan biaya rendah. Perbankan selalu menempatkan kredit investasi sebagai pembiayaan perusahaan dengan bunga 11%," kata Bobby kepada Katadata.co.id, Selasa (7/5).
Maka dari itu, Bobby menilai skema pengembalian investasi yang cocok untuk proyek infrastruktur air adalah viability gap fund atau tariff. Untuk diketahui, viability gap fund adalah dukungan pemerintah dalam bentuk kontribusi biaya konstruksi yang diberikan secara tunai.
Sementara itu, pengembalian investasi dengan skema tarif adalah memberikan kepastian kepada pelaku usaha untuk menaikkan tarif selama jangka waktu tertentu.
Bobby menilai proyek infrastruktur air cukup menguntungkan, khususnya terkait Sistem Penyediaan Air Minum atau SPAM. Bobby mencontohkan keuntungan tersebut dengan investasi Salim Group ke Perusahaan Air Minum asal Perancis, Suez SA.
Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kalimantan Timur Sandi Eko Purnomo mengatakan pemerintah saat ini sedang mendorong partisipasi pihak swasta di proyek infrastruktur air. Hal tersebut ditunjukkan dengan lima proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) di Ibu Kota Nusantara.
Kelima prok tersebut adalah SPAM Balikpapan; SPAM Zona 5 dan 6 IKN; SPAM Zona 7, 8, dan 9 IKN; Sistem Pengelolaan Air Limbah atau SPAL KIPP, dan SPAL Zona 5 dan 6 IKN. Total nilai investasi dalam seluruh proyek tersebut mencapai Rp 15,92 triliun dengan rata-rata pengembalian investasi 13,58%.
Secara rinci, nilai pengembalian investasi terbesar ada pada proyek SPAM Zona 5 dn 6 IKN yang mencapai 16,2%. Investasi proyek tersebut mencapai Rp 1,79 triliun dan ditargetkan beroperasi pada 2026 dengan kapasitas 1.000 liter per detik.
Sementara itu, nilai investasi terbesar ada pada proyek SPAL Zona KIPP yang mencapai Rp 5,5 triliun. SPAL tersebut dapat mengelola 1,500 liter per detik air limbah dengan tingkat pengembalian investasi sebesar 12,2%.
"Pemerintah terbantu dengan investasi pihak swasta, kemudian pengusaha bisa mendapatkan keuntungan dari sana, sementara masyarakat dapat memperoleh sanitasi layak dengan harga terjangkau," ujarnya.