Ekspor dan impor Cina kembali meningkat pada April setelah turun pada bulan sebelumnya. Kondisi ini menandakan peningkatan yang menggembirakan terhadap permintaan di dalam dan luar negeri di tengah upaya pemerintah Cina menopang ekonomi mereka yang sedang lemah.
Data tersebut menunjukkan serangkaian langkah-langkah dukungan kebijakan selama beberapa bulan terakhir mungkin membantu menstabilkan kepercayaan investor dan konsumen. Namun, para analis mengatakan masih belum yakin apakah lonjakan perdagangan ini akan berkelanjutan.
Data terbaru Bea Cukai Cina yang dirilis Kamis (9/5) menunjukkan bahwa skspor dari Tiongkok naik 1,5% secara tahunan pada bulan lalu setelah terkontraksi 7,5% pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, impor pada April meningkat 8,4%, mengalahkan perkiraan kenaikan sebesar 4,8% dan membalikkan penurunan sebesar 1,9% pada Maret
“Nilai ekspor kembali mengalami pertumbuhan dari kontraksi bulan lalu, namun hal ini terutama disebabkan oleh dasar perbandingan yang lebih rendah,” kata Huang Zichun, ekonom Tiongkok di Capital Economics.
Adapun data sepanjang kuartal pertama tahun ini menunjukkan bahwa impor dan ekpsor Cina naik 1,5% secara tahunan. "Ekspor telah menjadi titik terang dalam perekonomian Tiongkok sepanjang tahun ini. Lemahnya permintaan domestik menyebabkan tekanan deflasi, yang meningkatkan daya saing ekspor Tiongkok," kata Zhang Zhiwei, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management.
Sebagian besar pengamat Tiongkok memperkirakan penciptaan lapangan kerja di Beijing semakin sulit karena inflasi konsumen, harga produsen, dan pinjaman bank pada Maret menunjukkan bahwa negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut memiliki kondisi yang lemah.
Selain itu, krisis properti yang berkepanjangan masih menjadi hambatan terhadap kepercayaan masyarakat secara keseluruhan, sehingga memicu seruan untuk lebih banyak stimulus kebijakan.