Maskapai PT Garuda Indonesia Tbk mengusulkan agar peraturan tarif batas atas atau TBA tiket pesawat dinaikkan. Usulan kenaikan ini juga turut disuarakan seluruh pelaku usaha penerbangan di dalam negeri.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut penyesuaian itu karena mempertimbangkan faktor produksi penerbangan di dalam negeri telah berubah selama lima tahun terakhir.
"Harga avtur naik, nilai tukar saat ini berbeda dengan lima tahun lalu, dan gaji tenaga kerja harus naik. Jadi, saya pikir wajar kalau TBA tiket pesawat naik," kata Irfan di Gedung DPR, Senin (20/5).
Irfan mengatakan harga tiket pesawat Garuda Indonesia tidak berubah selama lima tahun terakhir. Oleh karena itu, Irfan mengaku tidak memahami jika tiket pesawat Garuda dinilai mahal oleh masyarakat.
Berdasarkan pantauan Katadata.co.id di situs agen travel daring Traveloka, harga tiket Garuda Indonesia untuk penerbangan Jakarta-Bali pada musim liburan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 dibanderol paling murah Rp 1.921.020, sedangkan rute sebaliknya Rp 1.872.300.
Sementara itu, tarif termahal untuk kelas ekonomi rute Jakarta-Bali dibanderol Rp 2.573.120 dan sebaliknya Rp 3.712.500. Dengan demikian, tarif PP Jakarta-Bali pada musim liburan mencapai Rp 3.793.320 hingga Rp 5.745.620.
Di sisi lain, harga tiket rute Jakarta-Bali untuk penerbangan waktu normal atau low season dibanderol Rp 973.120, sedangkan rute sebaliknya Rp 924.400. Namun untuk catatan, tarif tiket PP sebesar Rp 1.897.520 tersebut merupakan harga saat Garuda Online Travel Fair.
Dengan demikian, harga tiket Garuda Indonesia Jakarta-Bali saat momen Nataru tertinggi untuk kelas ekonomi mencapai tiga kali lipat dari harga promo. "Buat teman-teman yang mempertanyakan kenapa harga tiket Garuda Indonesia mahal? Silahkan naik Citilink," katanya.
Sebelumnya, Irfan menyarankan agar harga tiket pesawat di dalam negeri lebih fleksibel terhadap kondisi eksternal. Menurutnya, dua komponen penerbangan yang sangat rentan terhadap pengaruh eksternal adalah nilai tukar dan harga avtur.
"Kami juga tidak bisa minta Pertamina untuk terus-terusan kasih diskon, bukan begitu caranya kan," ujarnya.
Reporter: Andi M. Arief