Ekonomi Jepang Suram, 1.000 Perusahaan Bangkrut dalam Sebulan

ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/WSJ/sa.
Ilustrasi. Tokyo Shoko Research mencatat, lebih dari 1.000 perusahaan bangkrut pada Mei 2024.
Penulis: Agustiyanti
12/6/2024, 13.05 WIB

Tokyo Shoko Research mencatat, lebih dari 1.000 perusahaan bangkrut pada Mei 2024 di tengah resesi ekonomi yang tengah terjadi di Negeri Sakura itu. Angka kebangkrutan perusahaan di Jepang yang dicatat secara bulanan ini merupakan yang tertinggi dalam 11 tahun terakhir dan melonjak 43% dibandingkan Mei 2023. 

Menurut catatan perusahaan riset kredit tersebut, kenaikan jumlah perusahaan yang bangkrut seiring banyaknya perusahaan di Jepang yang memiliki utang masih harus berjuang untuk pulih setelah pandemi virus corona.

Mengutip Japan Today, Jumlah perusahaan yang bangkrut pada Mei mencapai tingkat yang sama seperti pada bulan Maret yang  merupakan angka tertinggi sepanjang masa. Total perusahaan yang bangkrut di Jepang sepanjang tahun ini pun diperkirakan akan mencapai lebih dari 10 ribu perusahaan dan menjadi yang tertinggi sejak 2013. 

Adapun dari 1.009 perusahaan yang bangkrut pada Mei, Tokyo Shoko Research mencatat sebanyak 67 perusahaan telah mengambil program pinjaman tanpa jaminan dan bunga yang dikucurkan pemerintah untuk membantu perusahaan bertahan di tengah pandemi. 

Survei menunjukkan bahwa kebangkrutan ini disebabkan oleh kenaikan harga. Melemahnya yen yang telah mendorong kenaikan harga bahan baku dan energi juga menyebabkan perusahaan-perusahaan kecil berada dalam situasi yang sulit karena mereka tidak dapat mengalihkan biaya ke harga secara memadai.

Menurut Survei tersebut, jumlah kebangkrutan yang terkait dengan kekurangan tenaga kerja akibat kenaikan upah dan alasan lainnya juga meningkat.

“Lemahnya yen, inflasi, dan kekurangan tenaga kerja, yang terjadi ketika dukungan terkait Covid-19 berakhir, membebani dunia usaha,” kata Tokyo Shoko Research dalam laporannya.

Kesepuluh kategori industri mengalami peningkatan kebangkrutan pada bulan Mei, dengan sektor jasa mencatat jumlah terbesar yaitu 327 kasus, diikuti oleh sektor konstruksi dengan 193 kasus. Sekitar tiga perempat dari keseluruhan angka tersebut merupakan kebangkrutan skala kecil dengan utang kurang dari 100 juta yen.

Jepang tengah mengalami resesi ekonomi. Mengutip APNews, ekonomi Jepang terkontraksi secara kuartalan sebesar 0,5% pada kuartal I 2024, melanjutkan kontraksi ekonomi sebesar 0,4% pada kuartal sebelumnya. Adapun secara tahunan, ekonomi Jepang terkontraksi sebesar 1,8%.