PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) akan melakukan kuasi reorganisasi untuk memperbaiki laporan keuangannya. Kuasi reorganisasi dilakukan setelah perusahaan mendapat persetujuan dari pemegang saham Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada Jumat (21/6).
Direktur Keuangan Bakrie & Brothers, Roy Hendrajanto M. Sakti menjelaskan kuasi reorganisasi dilakukan untuk memperbaiki kondisi laporan posisi keuangan konsolidasian BNBR. "Agar dapat menunjukkan posisi keuangan yang lebih baik dan performa perseroan tanpa dibebani defisit masa lalu," kata Roy dalam keterangan tertulis yang diterima Katadata.co.id, Jum'at (21/6).
Kuasi Reorganisasi adalah prosedur akuntansi untuk merestrukturisasi ekuitas dengan mengeliminasi saldo laba negatif. Kuasi reorganisasi dilakukan dengan cara merevaluasi aset dan kewajiban pada satu titik waktu tertentu yang ditentukan manajemen, dan memasukkan hasil revaluasi aset bersih ini ke saldo laba negatif sehingga saldo laba menjadi nol. Kemudian, sisa dari revaluasi dimasukkan ke dalam pos selisih revaluasi.
Roy menjelaskan lima tujuan dari kuasi reorganisasi yang akan dilakukan Bakrie & Brothers. Pertama, dengan melakukan kuasi reorganisasi, BNBR dapat memulai awal yang baru dengan neraca keuangan yang menunjukkan saldo laba tanpa dibebani defisit masa lalu.
Kedua, memperbaiki struktur ekuitas BNBR dengan mengeliminasi akumulasi rugi (defisit) menggunakan komponen ekuitas lain seperti agio saham, selisih transaksi dengan pihak non pengendali dan penurunan modal saham.
Ketiga, dengan kondisi neraca keuangan yang menunjukkan nilai sekarang tanpa dibebani defisit masa lalu, BNBR akan lebih mudah memperoleh pendanaan dalam pengembangan usaha.
Keempat, dengan tidak adanya saldo defisit, maka akan dapat memberikan dampak positif bagi para pemegang saham. BNBR dapat membagi dividen sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk Undang-undang Perseroan Terbatas.
“Kelima, meningkatkan minat dan daya tarik investor untuk memiliki saham Perseroan, sehingga diharapkan juga akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham Perseroan,” kata Roy.
Performa Keuangan BNBR Membaik dalam Tiga Tahun Terakhir
Menurut Roy, BNBR menunjukkan tren performa keuangan yang membaik. Hal ini terlihat dari peningkatan pendapatan sebesar 25,33 persen secara tahunan (CAGR) selama periode tahun 2021 hingga 2023.
Meningkatnya pendapatan BNBR sebagian besar didorong perkembangan bisnis melalui entitas anak PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) yang bergerak di bidang penjualan kendaraan listrik. Kemudian PT Bakrie Metal Industries (BMI), anak usaha BNBR di bidang fabrikasi baja bergelombang, fabrikasi pipa baja dan konstruksi baja dan PT Bakrie Indo-Infrastructure (BIIN) yang bergerak di bidang pembangunan dan jasa infrastruktur termasuk infrastuktur telekomunikasi.
Tren performa BNBR terlihat dari meningkatnya laba usaha selama tiga tahun berturut-turut, yakni Rp20,69 miliar, Rp231,91 miliar dan Rp348,31 miliar, pada 2021, 2022, dan 2023. Adapun rata-rata marjin laba usaha sebesar 5,51 persen.
BNBR juga berhasil membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk masing-masing sebesar Rp63,67 miliar di tahun 2021, Rp266,13 miliar di tahun 2022 dan Rp237,46 miliar di tahun 2023. “Rata-rata tiga tahun atas laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk adalah sebesar Rp189,09 miliar,” ungkap Roy.
Utang Bakrie & Brothers
Roy menjelaskan saat ini postur neraca BNBR lebih sehat, terutama penyelesaian kewajiban derivatif kepada salah satu kreditur sebesar US$854,7 juta atau setara Rp13,1 triliun.
Dengan penyelesaian utang ini, rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity BNBR menjadi lebih sehat dari Rp12,08 triliun atau 10,44x di tahun sebelumnya, menjadi Rp589,27 miliar atau 1,67x di tahun 2023.
“Dengan demikian, kondisi neraca Perusahaan menjadi lebih ramping dan sehat sehingga diharapkan ke depan BNBR bisa melesat lebih cepat dari sebelumnya,” kata Roy.
Kinerja BNBR Tahun 2023 dan Kuartal I-2024
Sepanjang tahun 2023 lalu BNBR membukukan pendapatan bersih senilai Rp3,75 triliun, dengan posisi laba bersih sebesar Rp237,46 miliar. BNBR memperoleh pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi atau EBITDA sebesar Rp446 miliar sepanjang tahun lalu, naik 23,2 persen secara tahunan.
“Raihan ini merupakan satu di antara hasil upaya Perseroan untuk melakukan penyegaran terhadap unit-unit usaha dengan fokus pada penguatan fondasi menuju bisnis berkelanjutan dan senantiasa meningkatkan daya saing,” ujar Direktur Utama & CEO Bakrie & Brothers, Anindya Novyan Bakrie.
Pada kuartal I-2024 BNBR meraup pendapatan bersih sebesar Rp 854,32 miliar, tumbuh 2,27 persen secara tahunan. Sementara perolehan laba bersih BNBR hanya Rp53,01 miliar atau lebih rendah 24,21 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.