Perusahaan tambang asal Prancis, Eramet SA tengah menjajaki kerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co (Huayou) untuk memproduksi nikel yang akan menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia. Jenis kemitraan ini akan sama dengan proyek Eramet bersama BASF yang telah dihentikan pada Juni kemarin.
Mengutip Bloomberg, sumber menyebutkan bahwa Eramet saat ini tengah komunikasi bersama Huayou terkait perjanjian pasokan bijih ke pabrik pengolahan atau smelter nikel berteknologi high-pressure acid leach (HPAL) yang dijalankan di Indonesia Weda Bay Industrial Park, Maluku Utara. Perusahaan asal Perancis itu juga disebut tengah mempertimbangkan untuk mengambil alih saham pabrik Huafei, smelter HPAL terbesar di dunia yang dioperasikan oleh Huayou.
Namun demikian, baik Eramet maupun Huayou belum menkonfirmasi kabar kerja sama tersebut.
Eramet sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melanjutkan proyek baterai raksasa ini. Dalam pernyataan resmi, manajemen Eramet menyatakan akan terus mengevaluasi potensi investasi dalam rantai nilai baterai kendaraan listrik nikel di Indonesia dan akan terus memberikan informasi kepada pasar pada waktunya.
"Indonesia siap untuk memainkan peran penting di masa depan pasar nikel global secara keseluruhan. Eramet tetap fokus untuk mengoptimalkan potensi sumber daya tambang Weda Bay secara berkelanjutan untuk memasok bijih ke produsen nikel lokal, sementara itu kami juga menyelidiki lebih lanjut peluang untuk berpartisipasi dalam rantai nilai baterai kendaraan listrik nikel di Indonesia," kata Geoff Streeton, Group Chief Development Officer, Eramet dalam pernyataan resmi di situs perusahaan.
Padahal, proyek tersebut akan menjadi satu-satunya smelter HPAL di Indonesia dengan pemegang saham dari negara Barat, yang berpotensi memberi peluang proyek tersebut memenuhi syarat untuk mendapatkan subsidi yang besar di bawah Undang-Undang Pengurangan Inflasi Amerika Serikat.
Hingga saat ini Huayou telah mengoperasikan dua pabrik di Indonesia, dan akan membangun dua pabrik lagi melalui kemitraan dengan Vale SA dari Brasil. Tidak hanya itu, Nickel Industries Ltd yang terdaftar di Australia dan konglomerat Indonesia PT Harum Energy juga sedang membangun pabrik dengan Tsingshan Holding Group, produsen nikel dan baja tahan karat terbesar di dunia.