Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memulai pembangunan Bendungan Jenelata di Gowa, Sulawesi Selatan guna mengoptimalkan pengendalian banjir di Makassar. Anggaran untuk membangun bendungan ini mencapai Rp 4,15 triliun.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan bendungan sebagai tampungan air di berbagai wilayah Indonesia merupakan upaya untuk mengatasi ancaman perubahan iklim.
"Untuk menghadapi ancaman perubahan iklim, Pemerintah Indonesia harus memperbanyak tampungan air, baik itu embung dan bendungan," ujar Basuki di Jakarta, Kamis (18/7).
Pembangunan bendungan ini utamanya bertujuan untuk mengoptimalkan pengendalian banjir di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan yang selama ini mengandalkan Bendungan Bili-Bili berkapasitas 375 juta meter kubik (m3) yang selesai dibangun pada 1997.
Ia menjelaskan, Bendungan terbesar di Sulsel, yakni Bendungan Bili-Bili sudah tidak memadai untuk menampung air sebagai pengendalian banjir ketika curah hujan besar. Ia mencontohkan banjir yang terjadi di Makassar pada 2019.
Oleh karena itu, menurut dia, Bendungan Jenelata juga akan dimanfaatkan untuk menahan luapan air Sungai Jenelata yang berhilir ke Sungai Jeneberang. Itu diharapkan dapat membantu Bendungan Bili-Bili yang juga membendung hulu Sungai Jeneberang.
Ia berharap fungsi dari Bendungan Jenelata akan lebih optimal untuk mereduksi banjir di Kota Makassar serta membantu saat kekeringan. Dengan adanya tampungan air ini, memberikan taman air ketika terjadi El Nino.
Selain sebagai pengendali banjir, Bendungan Jenelata juga berfungsi sebagai sumber air irigasi bagi lahan pertanian seluas 26.773 hektare (ha) yakni di Daerah Irigasi (D.I) Bili-bili 2.400 Ha, D.I. Bissua 13.916 Ha, dan D.I. Kampili 10.457 ha. Bendungan Jenelata juga berfungsi sebagai sumber penyediaan air baku berkapasitas 6,05 m3/detik untuk Bili-Bili, Jenelata, kebutuhan air pabrik gula dan lahan tebu di Takalar, dan Intake Sungguminasa.
Bendungan Jenelata dengan tampungan berkapasitas 223,6 juta m3 juga mempunyai potensi pembangkit listrik tenaga hidro sebesar 7 MW, serta pariwisata air dan kuliner.
Pengerjaan konstruksinya dilakukan oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) Bersama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dengan KSO CAMC Engineering Co., Ltd dari China dengan nilai kontrak pembangunan sebesar Rp 4,1 triliun.
Pendanannya bersumber dari dana pinjaman (loan) Pemerintah China dan dana APBN. Konstruksinya telah dilaksanakan sejak Oktober 2023 dan direncanakan rampung pada 2028 mendatang dengan progres pekerjaan saat ini galian tubuh bendungan (main dam) dan area pelimpah (spillway).