Cushman & Wakefield Indonesia atau CWI menemukan perubahan tren pembangunan pusat perbelanjaan di Jakarta, yakni lebih kecil dan fokus pada kegiatan komunitas. Area yang disewa penyewa mal pun lebih kecil dengan konsep yang mengedepankan aktivitas sosial.
Setidaknya ada empat mal dengan luas kurang dari 20.000 meter persegi yang akan mulai dibuka tahun depan. Pusat perbelanjaan dengan luas terkecil adalah Antasari Place-Cornerstone di Jakarta Selatan seluas 5.000 meter persegi.
"Tren ini akan berkembang di Jabodetabek maupun daerah-daerah lainnya, yakni pusat perbelanjaan yang lebih kecil. Konsepnya juga lebih fokus pada aktivitas tertentu," kata Managing Director CWI Lini Djafar dalam konferensi pers virtual, Kamis (25/7).
Oleh karena itu, Lini meramalkan penyewa mal pun akan didominasi oleh restoran maupun toko makanan dan minuman. Luas ruang yang disewa dalam mal pun akan jauh di bawah 5.000 meter persegi atau maksimum 2.000 meter persegi.
Lini menilai perubahan tren disebabkan oleh lokasi pengembangan mal baru yang lebih mengedepankan kegiatan sosial. CWI mendata mayoritas mal yang berdiri pada tahun ini berada di kota mandiri dengan pertumbuhan populasi yang tinggi, seperti Sentul City dan Summarecon Bekasi.
Berikut empat mal dengan ukuran kecil yang akan dibuka hingga 2025:
1. Antasari Place-Cornerstone (Jakarta Selatan): 5.000 meter persegi
2. Annajon, The Sima Retail (Jakarta Selatan: 16.000 meter persegi
3. Hampton Square (Tangerang): 15.500 meter persegi
4. Markt Lane Sentul (Bogor): 10.400 meter persegi
Direktur Strategic Consulting CWI Arief Rahardjo mendata, akan ada 12 mal baru seluar 539.800 meter persegi di area Jabodetabek pada tahun ini. Mayoritas atau sembilan mal baru seluas 425.600 meter persegi berlokasi di luar DKI Jakarta.
Luas mal terbesar dimiliki oleh AEON Mall Deltamas di Bekasi yang mencapai 86.000 meter persegi. Angka tersebut hanya mencapai 60% dari total luas Mal Grand Indonesia di Jakarta Pusat yang mencapai 141.472 meter persegi.
Arief mengatakan, mayoritas mal baru berada di luar DKI Jakarta karena mengikuti pertumbuhan penduduk. Mal-mal tersebut berada dalam kawasan kota mandiri seperti, Kota Wisata, Alam Sutera, dan Sentul City.
"Mal-mal ini muncul di lokasi yang tingkat populasi hunian perumahan mulai meningkat. Peningkatan jumlah penduduk akan jadi basis konsumen yang kuat, dan itu faktor kunci keberhasilan properti ritel," kata Arief dalam konferensi pers virtual, Kamis (25/7).
Arief mengatakan, pemilihan lokasi mal tersebut juga didasari aksesibilitas akibat transportasi umum baru, seperti MRT dan LRT. Sebab, transportasi umum merupakan pemicu pertumbuhan titik-titik perumahan baru di sebuah kawasan.
Ia menyampaikan konsep bangunan menjadi hal kunci selanjutnya setelah jumlah populasi perumahan. Oleh karena itu, beberapa mal baru akan memiliki konsep tertentu yang menjadi penarik trafik konsumen, seperti pusat olahraga atau hiburan dari merek tertentu.
Arief mengatakan penyewa ruang mal kini cenderung memiliki produk gaya hidup. Dengan demikian, mal dengan tema tertentu dapat menarik pelanggan loyal dan membuat lalu lintas pengunjung mal stabil.
"Untuk menjaga arus kunjungan memang harus diadakan acara-acara di mal-mal tersebut yang sangat efektif menjaga tingkat kunjungan tetap tinggi di mal," katanya.
Berikut daftar mal baru pada tahun ini:
1. Agora Lifestyle Center (Jakarta): 44.000 meter persegi
2. Lippo Mall East Side (Jakarta Pusat): 43.200 meter persegi
3. Mall Menara Jakarta (Jakarta Utara): 27.000 meter persegi
4. AEON Mall Deltamas (Bekasi): 86.000 meter persegi
5. Living World Kota Wisata (Bogor): 80.000 meter persegi
6. Pakuwon Mall Bekasi (Bekasi): 43.000 meter persegi
7. Living World Grand Wisata (Bekasi): 58.000 meter persegi
8. Mall Eastvara (Tangerang): 82.000 meter persegi
9. Hampton Square (Tangerang): 15.500 meter persegi
10. Markt Lane Sentul (Bogor): 10.400 meter persegi
11. Jakarta Premium Outlets (Tangerang): 28.500 meter persegi
12. Mall @ Little Tokyo Jababeka (Bekasi): 22.000 meter persegi