Platform jual beli rumah, Rumah123.com menemukan harga rumah seken di Jakarta relatif stagnan dibandingkan kota-kota besar di sekitarnya di tengah rencana pemerintah memindahkan ibu kita negara ke Kalimantan Timur. Rata-rata harga rumah seken di Jakarta hanya naik 0,8% hingga 1,4% secara tahunan meski permintaannya tinggi.
Rumah123.com mencatat, permintaan rumah tapak di Jakarta naik 90% pada Juni 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini terdiri dari permintaan sewa yang tumbuh 59,8% dan hunian yang dijual sebesar 114,9%.
Meski permintaan naik, kenaikan rata-rata harga rumah di Jakarta relatif stagnan dibandingkan kota-kota satelit di sekitarnya. Kenaikan harga rumah tertinggi terjadi di Bogor yang mencapai hingga 7,7%.
Situs jual beli rumah ini melihat ada beberapa alasan harga rumah di Jakarta relatif stagnan. Salah satunya, pengembangan properti di Jakarta pun telah tersaturasi sehingga tidak lagi banyak pengembangan di Jakarta, terutama untuk sektor perumahan.
Pengembangan baru pun umumnya apartemen dengan memaksimalkan lahan yang terbatas. Jakarta juga sudah difasilitasi dengan aksesibilitas dan jaringan transportasi publik yang baik, sehingga berbeda dengan area lain yang dapat mengalami lonjakan harga secara signifikan dengan adanya pengembangan baru.
“Meskipun kenaikan indeks harga stagnan, rumah seken di Jakarta masih menjadi opsi utama bagi pencari properti yang mencari hunian di tengah kota namun dengan harga terjangkau,” kata Head of Research Rumah123, Marisa Jaya seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (26/7)
Menurut dia, suplai rumah seken yang ditawarkan di Jakarta terbilang masih sangat beragam dan memiliki rentang harga yang bervariasi. Hal ini dapat mengakomodasi kebutuhan atau preferensi kelas menengah, menengah-atas
Dari lima area di Jakarta, Jakarta Selatan menjadi wilayah terpopuler dengan persentase popularitas dalam pencarian sebesar 31,8%. Diikuti Jakarta Barat 26,8%, Jakarta Utara 17,9%, Jakarta Timur 16,6% dan Jakarta Pusat 6,9%.
Ia juga menjelaskan preferensi di setiap wilayah Jakarta menunjukkan karakteristik segmentasi pasar yang berbeda. Beberapa wilayah memiliki proporsi preferensi yang cukup besar untuk harga rumah di atas Rp 5 miliar, seperti Jakarta Selatan yang mencapai 38,5%, Jakarta Utara mencapai 37%, dan Jakarta Pusat mencapai 27,6%. Sementara di Jakarta Timur, permintaan untuk rentang harga tersebut hanya sekitar 4,6%.
Di Jakarta, pencari properti umumnya berasal dari kelompok usia 25-34 tahun, dengan proporsi mencapai antara 33% hingga 35,9%. Diikuti kelompok usia 45-54 tahun yang mencakup 19,9% hingga 21,9%. Data ini menunjukkan bahwa generasi muda dan dewasa produktif adalah kelompok utama yang aktif mencari properti di Jakarta.