Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI mendorong pemangku kepentingan menentukan arah pariwisata di Bali. Asosiasi menilai ada dua arah pariwisata di Bali, yakni pariwisata berkualitas atau pariwisata massal.
Ketua PHRI Hariyadi Sukamdani mengatakan, penentuan arah tersebut pada akhirnya akan menyelesaikan dua masalah utama Pulau Dewata, yakni kemacetan dan manajemen sampah. Penentuan jenis pariwisata akhirnya akan mengontrol arus wisatawan mancanegara.
"Kalau pariwisata di Bali tidak terkontrol, pertumbuhan kunjungan wisman tetap meningkat, tapi tidak bernilai tambah. Jadi, arah pariwisata di Bali perlu dipikirkan," kata Hariyadi di Hotel Sahid, Senin (12/8).
Hariyadi mengatakan, pariwisata berkualitas membuat jumlah hotel kelas atas harus ditambah. Ia menemukan hotel kelas atas di Bali saat ini meraup keuntungan besar dengan kenaikan harga sewa kamar hingga 40% pada paruh pertama tahun ini.
Selain itu, menurut dia, pilihan pariwisata berkualitas pada akhirnya hanya akan mendatangkan wisman dengan daya beli tinggi ke Pulau Dewata. Ia pun menilai pilihan pariwisata berkualitas akan mengikis wisman nakal di Bali.
Walau demikian, Hariyadi menilai pilihan pariwisata berkualitas tidak akan mematikan hotel kualitas menengah maupun bawah. Ini karena peningkatan kualitas hotel kelas atas akan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hotel di seluruh kelas.
Di samping itu, ia berpendapat pariwisata masal membuat pemerintah harus membuat pembangunan di Bali merata. Pembangunan di Pulau Seribu Pura saat ini terpusat di Bali bagian Selatan.
"Bali bagian utara saat ini relatif sepi. Oleh karena itu, perlu dipikirkan urgensi pembangunan airport di Bali bagian utara," ujarnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno sebelumnya mempersiapkan Bali untuk menampung hampir 50% dari target kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman tahun ini atau sebanyak 7 juta orang. Jumlah tersebut mencapai 160% dari populasi Bali.
Badan Pusat Statistik memproyeksikan populasi di Bali pada 2023 mencapai 4,4 juta orang. Walau demikian, Sandiaga mengaku telah mengkaji bahwa Bali secara agregat mampu menampung wisman hingga 7 juta orang.
"Oleh karena itu, perlu penambahan jumlah penerbangan dan paket-paket perjalanan yang lebih mendistribusikan wisatawan yang lebih berkualitas dan lebih lama tinggal di sini," kata Sandiaga dalam keterangan resmi, Rabu (31/1).
Sandiaga menilai, langkah tersebut perlu dilakukan agar pariwisata di Bali tetap berkualitas dan berkelanjutan tanpa membuat Bali Overtourism. Seperti diketahui, overtourism adalah kondisi saat warga lokal maupun turis merasa suatu wilayah terlalu ramai.
Ia menilai meningkatkan kunjungan wisman ke Pulau Dewata dapat mencapai target penciptaan lapangan kerja industri pariwisata bagi 4,4 juta orang pada tahun ini.