Daya Beli Tergerus, Pemerintah Klaim Beri Banyak Insentif untuk Kelas Menengah

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) menyebut, insentif yang diberikan pemerintah kepada kelas menengah sudah cukup banyak.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
28/8/2024, 15.19 WIB

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan, pemerintah tak berencana  memberikan insentif tambahan  untuk kelas menengah yang daya belinya tengah tergerus. Ia menilai, pemerintah telah memberikan banyak insentif  untuk kelas menengah, seperti subsidi Bahan Bakar Minyak, tarif listrik, dan Program Keluarga Harapan.

Maka dari itu, Airlangga menilai seluruh kelompok kelas menengah kini telah mendapatkan subsidi dari pemerintah untuk meningkatkan daya beli. Selain itu, Airlangga berargumen pemerintah bahkan telah memberikan bantuan langsung ke kelas menengah.

"Pemerintah sudah memberikan program kredit usaha rakyat dan program kartu pra kerja. Jadi, sudah banyak yang didorong untuk pemberdayaan kelas menengah," kata Airlangga di Indonesia Retail Summit 22024, Rabu (28/8).

Airlangga berargumen, program dan subsidi tersebut bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat kelas menengah. Pada saat yang sama, insentif-insentif tersebut memberikan masyarakat kelas menengah kesempatan memupuk simpanan.

Ia mencatat populasi kelas menengah dan calon kelas menengah kini mencapai 164 juta orang. Menurutnya, pengeluaran yang dilakukan oleh kelas menengah menjadi penting untuk mendukung perekonomian nasional.

Di sisi lain, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet kelas menengah mulai menggunakan tabungan untuk konsumsi harian. Hal tersebut tercermin dalam perlambatan pertumbuhan dana simpanan nasabah sebesar 4,1% secara tahunan pada April 2024.

Yusuf menilai penurunan tersebut didorong oleh nasabah dengan nilai rekening di bawah Rp 100 juta. Konsumsi rumah tangga pada kuartal kedua tahun ini tumbuh melambat dari 5,23% pada periode April-Juni 2023 menjadi 4,93%.

Senada, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEM FEB UI mencatat adanya kemunduran ekspansi masyarakat kelas menengah. Secara rinci, sebagian masyarakat kelas menengah jatuh ke kelompok calon kelas menengah.

Porsi konsumsi kelas menengah pada 2023 susut dari capaian 2018 sebesar 41,9% menjadi 36,8%. Pada periode yang sama, porsi konsumsi calon kelas menengah naik dari 42,4% pada 2018 menjadi 45,4% pada tahun lalu.

Peneliti LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan data tersebut mencerminkan potensi penurunan daya beli kelas menengah. Menurutnya, penurunan daya beli umumnya mengakibatkan persentase pengeluaran lebih tinggi untuk makanan.

Porsi pengeluaran calon kelas menengah untuk makanan sedikit menurun dari 56,1% pada 2014 menjadi 55,7% pada 2023. Sebaliknya, kelas menengah mengalami peningkatan pengeluaran untuk makanan, naik dari 36,6% menjadi 41,3% pada periode yang sama.

Riefky mengatakan, peningkatan porsi pengeluaran untuk makanan, atau penurunan konsumsi non-makanan dapat dijadikan indikator yang mengkhawatirkan.

“Peningkatan porsi pengeluaran untuk makanan menunjukkan penurunan daya beli kelas menengah. Erosi daya beli ini mengkhawatirkan karena berdampak pada konsumsi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Riefky.

Reporter: Andi M. Arief