Produksi Surplus, Bulog Prediksi Serapan Beras Lokal akan Sulit

ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/foc.
Pekerja menjemur gabah di Desa Kirig, Mejobo, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (15/8/2024). Menurut tengkulak, harga gabah di tingkat petani berangsur naik, dari Rp6.500 menjadi Rp7.100 per kilogram untuk gabah basah, sementara untuk gabah kering dari Rp8.000 menjadi Rp8.500 per kilogram, kenaikan itu dipicu kurangnya stok gabah di pasaran akibat musim kemarau di mana petani banyak beralih menanam palawija.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
30/8/2024, 18.17 WIB

Perum Bulog menyatakan penyerapan surplus produksi beras lokal pada Agustus-Oktober 2024 akan sulit. Ini karena harga gabah telah konsisten naik selama 30 hari terakhir.

Badan Pangan Nasional mendata rata-rata nasional harga Gabah Kering Panen yang dinikmati petani telah tumbuh 1,25% atau Rp 80 per kilogram selama 30 hari terakhir menjadi Rp 6.430 per kg. Smentara itu, harga Gabah Kering Giling hasil produksi penggilingan naik Rp 50 per kg menjadi Rp 6.760 per kg.

"Kami akan mengusahakan pengadaan beras lokal pada Agustus-Oktober. Namun, ini tidak mudah karena harga gabah sudah mulai merangkak naik," kata Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi, Jumat (30/8).

Bayu menilai, kondisi harga beras saat ini cukup unik. Ia menemukan tren harga beras di pasar cenderung lesu.

Berdasarkan data Bapanas, rata-rata nasional harga semua jenis beras sepanjang 30 hari berfluktuasi. Walau demikian, harga beras medium dan premium menunjukkan tren pelemahan sejak akhir pekan lalu, Jumat (23/8).

Secara rinci, rata-rata nasional harga beras premium susut Rp 400 per kg menjadi Rp 15.550 per kg hari ini, Jumat (30/8). Sementara itu, rata-rata nasional harga beras medium memuncak senilai Rp 13.620 per kg dan susut Rp 30 per kg menjadi Rp 13.590 per kg.

Maka dari itu, Bayu menilai stok di tingkat pedagang cukup banyak yang membuat harga beras masuk tren penurunan. Alhasil, Bayu berpendapat stok beras nasional hingga Oktober 2024 terjaga.

Badan Pusat Statistik memproyeksikan neraca produksi beras Agustus-Oktober 2024 mencatatkan surplus 1,07 juta ton. Ia menyampaikan, proyeksi tersebut berpotensi menekan ketergantungan beras impor selama tiga bulan ke depan.

Proyeksi produksi beras per Agustus 2024 mencapai 2,84 juta ton atau tertinggi selama tiga tahun terakhir. Sementara itu, produksi Oktober 2024 mencapai 2,59 juta ton menjadi yang tertinggi selama lima tahun terakhir.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi sebelumnya mengatakan, akan terus mengawasi realisasi produksi beras hingga Oktober 2024. Namun, Arief belum berencana menambah kuota impor beras dari posisi saat ini sejumlah 3,6 juta tahun.

Ia mendata, Perum Bulog saat ini telah merealisasikan kuota beras impor sekitar 2,7 juta ton. Ia menekankan, seluruh beras impor dikelola Bulog dan di luar jenis beras khusus maupun beras pecah.

Mayoritas negara asal beras yang diimpor Bulog adalah Vietnam dan Thailand. "Tidak mudah untuk mencari dan memasukkan beras impor saat ini," kata Arief.


Reporter: Andi M. Arief