Produk susu ikan digadang-gadang menjadi pengganti susu sapi dalam program makanan bergizi yang diusung Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Produk ini dibuat dari hidrolisat protein ikan yang bahan bakunya sepenuhnya lokal dan diproduksi oleh PT Berikan Bahari Indonesia.
Profil Berikan dan Asal Usul Susu Ikan
PT Berikan Bahari Indonesia adalah anak usaha dari PT Berikan Teknologi Indonesia yang didirikan oleh beberapa ahli di bidang pengolahan makanan, desain mesin, dan fabrikasi baja pada 2019. Mengutip situs Berikan Teknologi, perusahaan ini dibangun bertujuan untuk menciptakan solusi pengolahan makanan dan mesin kustom sesuai kapasitas dan proses.
Beberapa layanan Berikan Teknologi adalah peyediakan peralatan dengan desain daya tahan tinggi, suku cadang, layanan pemeliharaan, atau modifikasi untuk peralatan lainnya di bidang pengolahan makanan. Adapun berikan teknologi memiliki pabrik pengolahan hidrolisat protein ikan atau HPI dengan nama PT Berikan Bahari Indonesia
Pabrik ini diklaim sebagai produsen HPI pertama di Indonesia yang dapat mengolah 90 ton ikan menjadi 30 ton HPI per bulan. Penelitian terkait HPI telah dilakukan sejak 2019. Namun, Berikan Teknologi baru membangun fasilitas produksinya pada 2022.
CEO Berikan Teknologi Yogi Aribawa Krisna mengatakan, pihaknya menyerap ikan petek dari nelayan di sepanjang pesisir Indramayu hingga Subang. Ikan petek yang tadinya dibuang atau dijadikan ikan asin setelah ditangkap kini dihargai hingga Rp 10.000 per kilogram dalam kondisi segar untuk dijadikan HPI.
Yogi mencatat dapat menyerap 90 ton ikan petek untuk menghasilkan 30 ton HPI setiap bulan. Sebanyak 60% dari total volume HPI digunakan untuk kebutuhan Surikan yang diproduksi di Bekasi oleh PT Berikan Protein yang juga merupakan anak usaha PT Berikan Teknologi.
HPI yang diproduksi di Indramayu saat ini diserap oleh empat jenis industri, yakni pakan, pupuk, farmasi, dan pangan. Yogi tidak menjelaskan kontribusi industri lain dalam penyerapan volume HPI. Namun. HPI yang diserap oleh industri farmasi memiliki nilai tertinggi.
Ia menjelaskan, pada HPI untuk industri pangan, pekerja Berikan Teknologi harus membuang semua organ ikan petek sebelum dicacah menggunakan mesin. Bentuk ikan berubah menjadi seperti bubur kertas setelah dicacah oleh mesin.
Proses selanjutnya adalah memindahkan bubur ikan tersebut ke mesin hidrolisis. Proses tersebut akan memotong rantai molekul protein ikan petek dan mengubahnya menjadi asam amino. Bubur ikan yang tadinya berwarna abu-abu berubah menjadi cairan berwarna kuning dalam hitungan detik.
Tahap terakhir dalam pembuatan HPI adalah mengalirkan asam amino tersebut ke spray dryer yang akhirnya mengubah bentuk asam amino tersebut menjadi bubuk HPI.
Yogi mengaku harus merogoh kocek sekitar Rp 15 miliar untuk membangun seluruh fasilitas tersebut. Menurutnya, biaya operasi HPI berbeda-beda sesuai dengan jenis industri yang membutuhkan.
Pada pembuatan susu ikan, bubuk HPI dikirimkan ke pabrik Surikan di Bekasi untuk dicampurkan dengan perisa, gula, dan bahan lainnya sambil dipanaskan sebelum akhirnya dikemas.
Ia mengklaim pabrik di Indramayu dapat memproduksi 80 ton susu ikan dalam bentuk cair per bulan jika seluruh produksi HPI dijadikan susu ikan. Angka tersebut setara dengan 3,5 juta botol berukuran 215 mililiter.
Menurut Yogi, bisnis pengolahan HTI sangat prospektif. Ia memperkirakan, imbal investasi atau IRR pabrik pengolahan Hidrolisat Protein Ikan dapat mencapai 130% per tahun.
"Faktor paling menarik yang saya lihat dari investasi ini adalah periode pengembalian modalnya atau hanya 1,5 tahun," kata
Susu ikan pertama kali diperkenalkan oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada Agustus 2023. Ia memperkenalkannya sebagai produk kemitraan antara Koperasi Nelayan Mina Bahari (Indramayu) dengan PT Berikan Teknologi Indonesia. Produk susu ikan juga telah dijual secara daring di sejumlah e-commerce dengan merek dagang Surikan.